Langsung ke konten utama

Glodok

Mengenai asal-usul kawasan ini terdapat beberapa pendapat. Ada yang mengatakan berasal dari kata grojok, onomatopi suara kucuran air dari pancuran. Memang cukup masuk akal, karena di sana jaman dulu terdapat semacam waduk penampungan air dari Kali Ciliwung, yang dikucurkan dengan pancuran terbuat dari kayu dari ketinggian kurang lebih 10 kaki. Kata grojok diucapkan oleh orang-orang Tionghoa totok, penduduk mayoritas kawasan itu jaman dulu, berubah menjadi glodok, sesuai dengan lidahnya. Keterangan lain menyebutkan kata glodok diambil dari sebutan terhadap jembatan yang melintasi Kali Besar (Ciliwung) di kawasan itu, yaitu jembatan Glodok. Disebut demikian karena dahulu di ujungnya terdapat tangga-tangga menempel pada tepi kali, yang biasa digunakan untuk mandi dan mencuci penduduk di sekitarnya. Dalam bahasa Sunda tangga semacam itu disebut glodok, sama seperti sebutan bagi tangga di rumah.
Glodok yang mendapat julukan China Town atau Pecinan ini merupakan salah satu kampung tua di ibu kota. Semasa VOC Glodok merupakan kawasan di luar tembok benteng kota Batavia. Sejak November 1740, penguasa VOC menetapkan kawasan Glodok sebagai tempat tinggal para pemukiman Cina. Maksudnya, agar penguasa Belanda mudah melakukan pengawasan terhadap mereka. Di penampungan ini ditempatkan seorang Kapiten Cina yang diserahi tugas mengawasi masyarakatnya. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, opsir Cina ini membentuk Kong Goan (Dewan Cina). Sejak 1837 dewan ini diketuai seorang mayor yang dibantu kapiten dan leman.
Terdapat empat buah wihara dan kelenteng yang telah berusia 300-an tahun dan masih berdiri kokoh, seperti kokohnya ekonomi orang Tionghoa di Indonesia. Belasan sinshe telah membuka praktek turun menurun dan tak terhitung jurnlah pedagang obat-obatan Cina yang dijual bebas di toko kios, dan pusat perbelanjaan. Data statistik menunjukkan komposisi penduduk Glodok sekitar 82 persen dari 12 ribu penduduk di kelurahannya keturunan Tionghoa. Glodok dewasa ini dijadikan nama sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Tamansari, Kotamadya Jakarta Barat.

Komentar