Pada jaman Dinasti Ching dibawah pemerintahan kaisar Xian Fen, antara tahun 1851-1862 M, pernah ada seorang selir yang bernama Yehonala ( Che Xi ). Sesaat setelah Kaisar bersebadan dengan Che Xi keluarlah pernyataaan Che Xi tidak bisa memuaskan Kiasar. Che Xi terlalu pasif.
Kemudian Che Xi dibawa menemui Sin She istana, lalu Sin She tersebut menusuki bagian organ kewanitaan Che Xi dengan lusinan jarum untuk mengeluarkan benih kaisar dari dalam rahim.
Karena merasa terhina dan tertantang untuk menaklukkan kaisar Xian Fen, maka selir Yehonala menyuruh orang kepercayaannya memanggil lima pramuria kondang di Beijing.
Che Xi meminta kelima pramuria itu untuk mengajarinya berbagai kiat agar Kaisar betah dalam pelukannya. Dan kelima pramuria dengan pengalaman yang segudang itu pun memberikan tips-tips yang selama ini telah membuat mereka laris-manis dan menjadi langganan banyak pria.
Kiat lainnya, yakni seni bercinta alias jurus bersetubuh yang telah terbukti mengkanvaskan banyak pria ketagihan, hingga datang dan datang lagi juga dipelajari Che Xi. Dan setelah mengikuti program dua minggu dari kelima pelacur Beijing itu, selir Che Xi langsung menjadi favorit kaisar Xian Fen dan tak pernah lagi dipermalukan.
Selama lebih dari 2000 tahun peradabannya, masyarakat Tiongkok telah berguru pada berbagai buku yang memuat penjelasan detil tentang tata karma, tata cara, dan aneka trik berhubungan seksual.
Dua primbon yang terkenal adalah Xuang Ni Jing (abad ke-5 M) dan Thong Chuang Ci ( abad 5-7 M ). Dalam Xuang Ni Jing dijelaskan tentang 'Sembilan Jurus Seks' yang kemudian dimodifikasi dan diperjelaskan lagi dalam 'Tigapuluh Seni Berhubungan Seks'.
Chung Feng Er She Se adalah buku seni bersetubuh karya Yet pada jaman Dinasti Ching, kemudian dinamakan Tian Yi Wu Fong. Pada buku ini dijelaskan mengenai 'Duapuluh Empat Seni Berhubungan Seks' dan lukisan pose klasik serta puisi.
Seni bersetubuh ditampilkan dalam nuansa romantis, dan klasik sang wanita berbaring telentang, sementara sang pria menindih dan menyerang dengan "tombak emasnya" cara ini disebut "Naga Bersalto di Udara".
Sementara ada pula seni bersetubuh tingkat tinggi yang disebut dengan "Elang terjun dari langit". Posisi kepala sang wanita berada di bawah, kedua tangannya menyentuh lantai dan kedua kakinya yang mulus dicengkeram oleh kedua tangan sang pria yang berdiri di belakang dan dibuka lebar-lebar, namun sang pria tetap berdiri tegap hanya daerah di sekitar pinggang yang bergerak maju-mundur.
"Monyet Bersilat" merupakan favorit di masa Tiongkok kuno, dimana si wanita telentang dengan pinggang disangga oleh si pria, lututnya didorong sedemikian rupa hingga menempel ke dada dan bagian punggungnya terangkat-angkat, guna menggapai kepuasan maksimal.
Banyak sekali cara yang bisa dipelajari dari buku-buku kuno tersebut salah satunya adalah pria dianjurkan untuk pandai menahan diri dan memasukkan senjata emasnya hanya sekitar tiga cm.
Bahkan dari tata cara ini juga ada seni bersetubuh yang menggunakan alat bantu, misalnya
"Kuda Poni Melonjak-lonjak", alat bantu yang diperlukan adalah bantal untuk menopang pinggang wanita. Alat bantu yang lain misalnya kursi, dan rak bertingkat.
Kemudian Che Xi dibawa menemui Sin She istana, lalu Sin She tersebut menusuki bagian organ kewanitaan Che Xi dengan lusinan jarum untuk mengeluarkan benih kaisar dari dalam rahim.
Karena merasa terhina dan tertantang untuk menaklukkan kaisar Xian Fen, maka selir Yehonala menyuruh orang kepercayaannya memanggil lima pramuria kondang di Beijing.
Che Xi meminta kelima pramuria itu untuk mengajarinya berbagai kiat agar Kaisar betah dalam pelukannya. Dan kelima pramuria dengan pengalaman yang segudang itu pun memberikan tips-tips yang selama ini telah membuat mereka laris-manis dan menjadi langganan banyak pria.
Kiat lainnya, yakni seni bercinta alias jurus bersetubuh yang telah terbukti mengkanvaskan banyak pria ketagihan, hingga datang dan datang lagi juga dipelajari Che Xi. Dan setelah mengikuti program dua minggu dari kelima pelacur Beijing itu, selir Che Xi langsung menjadi favorit kaisar Xian Fen dan tak pernah lagi dipermalukan.
Selama lebih dari 2000 tahun peradabannya, masyarakat Tiongkok telah berguru pada berbagai buku yang memuat penjelasan detil tentang tata karma, tata cara, dan aneka trik berhubungan seksual.
Dua primbon yang terkenal adalah Xuang Ni Jing (abad ke-5 M) dan Thong Chuang Ci ( abad 5-7 M ). Dalam Xuang Ni Jing dijelaskan tentang 'Sembilan Jurus Seks' yang kemudian dimodifikasi dan diperjelaskan lagi dalam 'Tigapuluh Seni Berhubungan Seks'.
Chung Feng Er She Se adalah buku seni bersetubuh karya Yet pada jaman Dinasti Ching, kemudian dinamakan Tian Yi Wu Fong. Pada buku ini dijelaskan mengenai 'Duapuluh Empat Seni Berhubungan Seks' dan lukisan pose klasik serta puisi.
Seni bersetubuh ditampilkan dalam nuansa romantis, dan klasik sang wanita berbaring telentang, sementara sang pria menindih dan menyerang dengan "tombak emasnya" cara ini disebut "Naga Bersalto di Udara".
Sementara ada pula seni bersetubuh tingkat tinggi yang disebut dengan "Elang terjun dari langit". Posisi kepala sang wanita berada di bawah, kedua tangannya menyentuh lantai dan kedua kakinya yang mulus dicengkeram oleh kedua tangan sang pria yang berdiri di belakang dan dibuka lebar-lebar, namun sang pria tetap berdiri tegap hanya daerah di sekitar pinggang yang bergerak maju-mundur.
"Monyet Bersilat" merupakan favorit di masa Tiongkok kuno, dimana si wanita telentang dengan pinggang disangga oleh si pria, lututnya didorong sedemikian rupa hingga menempel ke dada dan bagian punggungnya terangkat-angkat, guna menggapai kepuasan maksimal.
Banyak sekali cara yang bisa dipelajari dari buku-buku kuno tersebut salah satunya adalah pria dianjurkan untuk pandai menahan diri dan memasukkan senjata emasnya hanya sekitar tiga cm.
Bahkan dari tata cara ini juga ada seni bersetubuh yang menggunakan alat bantu, misalnya
"Kuda Poni Melonjak-lonjak", alat bantu yang diperlukan adalah bantal untuk menopang pinggang wanita. Alat bantu yang lain misalnya kursi, dan rak bertingkat.
Komentar
Posting Komentar
Mohon untuk tidak memasang Iklan
ADMIN