Bagian
II
Bencana-bencana
yang makan korban banyak
Lompatan Jauh Ke Depan (Da YueJin = DYJ)
Pada kurun waktu ’58-60 sekitar 20 sampai 30 juta orang penduduk meninggal
karena kekurangan gizi dan kelaparan sebagai akibat kebijakan yang diterapkan
PKT. Ini merupakan bencana yang pertama yang melanda manusia yang maha hebat di
RRT Sekalipun kebijakan ini merupakan kampanye DYJ ini diprakarsai dan dipaksakan
oleh MZD, Rakyat sendiri juga melakukannya dengan bersemangat sekali (terutama
atas dorongan para kadernya).
Latar
belakang munculnya gerakan DYJ.
Sebenarnya
ada beberapa factor yang menyebabkan munculnya gagasan untuk melancarkan
gerakan DYJ. Kampanye “Seratus bung dst” yang dilancarkan oleh MZD dkk
sebenarnya merupakan suatu gerakan yang ambur-adul dan tidak ada kesudahannya
dan tumbuh dari sikap-sikap yang saling bertentangan di dalam kalangan para
pemimpin PKT sendiri. Inti pertentangan ini adalah argumen tentang kecepatan
dan kebijakan akan strategi pembangunan yang dianggap terbaik untuk RRT.
selanjutnya. Dari perdebatan dan ketegangan-ketegangan politik itulah muncul
gagasan MZD untuk melancarkan gerakan DYJ.
Sebenarnya ada beberapa factor yang menyebabkan munculnya gagasan untuk
melancarkan gepakan DYJ, a.l. (1) karena para pejabat pemerintah memilikin
kekuasaan mutlak untuk mengendalkin penduduk pedesaan. Di dalam masyarakat
selalu ada kelompok yang memerintah dan yang diperintah. Kenyataan ini
rupa-rupanya disadari oleh para penguasa (PKT) dan disalahgunakan sehingga
mereka bisa menyuruh-nyuruh petani menerutut kehendak PKT. Namun semua perintah
dari pemerintah pusat (PKT di Beijing) harus disalurkan melalui penguasa di
daerah. Faktur kedua (2) Para kader Partai di pedesaan pada umumnya berhasil
menggantikan kedudukan kelompok elit yang dulu dipegang oleh kaum shenshi.
Para penguasa di desa-desa yaitu kader PKT di daerah) berlomba-lomba melaporkan
betapa berhasilnya mereka menjalankan perintah dari atas (PKT Pusat) Pada
awalnya kolektivitas pada tahun 55-56 dianggap berjalan lebih cepat daripada
yang dibayangkan semula. Belakangan ketahuan bahwa pmbentukan Koprasi Produksi
Pertanian pun sebenarnya terlalu cepat karena para petani belum siap tetapi
terpaksa menjalankan juga (karena diperintah para kader), sehingga kebanyakan
koperasi tidak bisa berfungsi seperti yang diinginkan para pemimpin PKT di
pusat.
Faktor ketiga (3) PKT di Pusat dan dearah juga tahu bahwa para petani selalu
tunduk (walaupun terpaksa dan takut) kepada atasan, mudah diatur dan
disuruh-suruh. Pada tahun 1950-an PKT dan rakyat masih bersatu pada umumnya
(akibat perang Korea yang mendapat musuh bersama yaitu AS untuk membangun
negara serta percaya kepada kepemimpinan MZD. Para kader (di daerah) juga
“mengajak, atau lebih tepat menyuruh/memerintah) rakyatnya mematuhi pimpinan
seperti tang dilakukan oleh kader PKT( daerah) kepada (PKT) atasannya sendiri.
Oleh karena itu kepatuhan penduduk desa kepada kader (PKT di daerah) ditambah
kultus individu terhadap MZD bisa mendorong semangat masyarakat (di pedesaan)
bersedia menurut saja Faktor
keempat (4) pimpinan PKT (Pusat) akhirnya diam-diam harus mengakui, walaupun
terpaksa bahwa pertumbuhan industri gaya Stalin ternyata tidak cocok samasekali
untuk kondisi pembangunan di RRT.
Maka, sekalipun setelah dilakukan upaya untuk (1) meningkatkan kopresai
produksi pertanian tk pertama, yang bemberikan upah berdasarkan besarnya
besarnya kerja seseorang dan luasnya tanah yang diikutsertakan dalam koperasi,
meningkat menuju koperasi tkt tinggi yang menggunakan sistem upah “dari seorang
menurut kemampuannya, kepada seorang menurut hasil kerjanya”, maka angka
produksi pertanian pada tahun 1957 sangat mengecewakan, sehingga jatah
prmbagian pembagian pangan terpaksa dipotong karena kekurangan suplai
(persediaan). Yang lebih parah adalah karena pada tahun 1952-1975 pertambahan
penduduk perkotaan jauah lebih cepat dan lebih besar daripada penduduk
pedesaan. Apalagi pada tahun-tahun itu RRT sudah harus mulai membayar angsuran
hutang kepada Uni Soviet dengan menggunakan hasil produksi pertanian.
Pembahayar angsuran hutang ini juga menambah beban RRT. (2) Pertumbuhan jumlah
penduduk karena perpindahan dari desa ke kota-kota lebih cepat daripada
pertumbuhan industri sehinggs pengangguran di kota bertambah dengan sangat
cepat, sedang di pedesaan yang jumlah penduduknya memang sudah sangat besar
(85%) dari seluruh penduduk RRT juga mengalami semacam ½ pengangguran
Produksi pertanian selama REPELITA Pertama memang melampaui kuota yang
direncanakan, namun hasil itu tidak memperlihatkan ketidak-seimbangan yang
sangat mengganggu sistem ekonomi RRT. Sekalipun dikatakan bahwa hasil industri
meningkat sekitar 18,7% setahun selama REPELITA itu, hasil produksi pertanian
hanya naik 3,8%. Kenaikan gandum juga sangat kecil dan dg ramainya pasar
pedesaan, maka para pembeli setempat di daerah-daerah telah memborong sebagian
besar persediaan gandum, minyak goreng dan kapas yng dijual di pasar sehingga
suplai utk kota juga sangat kurang. Produksi pertanian yang mengecewakan itu
juga sangat menyulitkan negara untuk membiayai industri beratnya. Jika
dipaksakan terus maka penduduk pedesaan akan kelaparan.
Utk mempercepat pertumbuhan industri berat seperti yang diinginkan para
pemimpin begara, maka produksi pertanian harus ditingkatkan. Para perancang
ekonomi negara seperti Chen Yun dan ZEL berpebdapat bahwa para petani bersedia
meningkatkan pruduksi pertaniannya asal mereka mendapat fasilitas lebih banyak,
kesempatan membeli banrang konsumsi lebih banyak, dan mndapat manfaat
mesin-mesin pertanian yang lebih baik serta diberi pupuk lebih banyak. Jika
produksi barang-barang konsumsi dan barang modal itu memperlambat perkembangan
industri baja dasar itu karena industri itu memang memerlukan suatu proses yang
sangat lama, maka biarlah hal itu terjadi.
Chen Yun dkk dalam REPELITA kedua memproyeksikan suatu
pertumbuhan produksi gandum yang ajeg (stabil) setiap tahun.
Namun,
berbeda dg teori ekonomi Chen Yun, MZD mengemukakan suatu strategi yang berbeda
yaitu (1) memberi semangat dan (2) mengerahkan massa di bawah petunjuk
pemimpin-pemimpin (kader) PKT di daerah. Strategi MZD yang ditiru dari masa
bergerilya di Yan’an itu disetujui oleh Sekjen PKT DXP dan oleh Presiden RRT
pada ekonomi ke daerah-daerah pedesaan itu yaitu LSQ. Strategi MZD yang
mendesentralisasikan kebijakan di daerah adalah untuk memperkuat kekuasaan PKT
di pedesaan, dan mengurangi pengaruh para perencana ekonomi pembangunan yang
professional di kementerian-kementerian seperti (Chen Yun). Menurut perhitungan
MZD, kesulitan ekonomi akan bisa diatasi dengan gerakan mengerahkan massa
secara besar-besaran seluruh penduduk RRT.
Debat mengenai strategi pertumbuhan ekonomi negara yang terungkap pada tahun
1957-58 bertepatan dengan masa ketika hubungan RRT_Uni Soviet sedang memburuk.
Uni Soviet memaksa RRT utk membayar mahal pembangunan industrinya. Oleh karena
itu, salah satu sebab mengapa RRT memerlukan surplus produksi pertanian lebih
banyak lagi adalah untu menepati waktu pembayaran pinjaman dari Uni Sovy.
Ketika MZD mengunjungi Uni Sovy untuk terakhir kalinya, dia menyatakan kpada
mahasiswa Tiongkok yang sedang belajar di Moskow bahwa RRT akan menang jika
terjadi perang nuklir. Jika keadaan sudah begitu parah akibat perang nuklir itu
dan penduduk dunia akan meninggal semua, maka RRT masih jaya karena penduduk
RRT masih banyak, sedang blok kapitalis (AS Negara-negara Barat lainnya) sudah
akan habis sama sekali.
Namun sekembalinya ke tanah air dari Moskow, MZD kesal karena semangat
revolusioner orang-orang Tiongkok sudah menurun dan para pemimpin membuat
rencana pembangunan yang terlalu hati-hati dan dan ytk jangka jauh ke depan.
Lagipula pada tahun 1957 MZD juga melihat bahwa para petni dan kader Partai di
daerah telah bersikap ingin cepat hiudp yang lebih enak setelah kolekt’sasi
pertanian diterapkan, dan bahwa kader Partai di pedesaan ternyata telah
menutup-nutupi angka produksi yang sesungguhnya dan membesar-besarkan
kekurangan angka produksi agar mereka bisa menyetor gandum sedikit saja kepada
pemerintah untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya (korupsi). Para
petani dan kader di pedesaan, kedua-duanya sangat iri akan standar kehidupan
yang lebih tinggi yang dinikmati para pekerja san para kader Partai di
perkotaan.
Pada alhir 1957 para pemimpin PKT melaksanakan suatu eksperimen yaitu membuat
suatu organisasi masyarakat untuk mengerahkan massa secara besar-besaran, jauh
lebih besar dari gerakan pengerahan massa sebelumnya. Penduduk pedesaan
dikerahkan untuk membuat bendungan raksasa guna mengendalikan air untuk
keperluan irigasi, seolah-olah MZD ingin membuktikan bahwa tekad dan kekuatan
manusia bisa mengatasi semua tantangan alam maupun teknologi. Menjelang akhir
1958, Seratus juta petani dikerahkan untuk membuka 7,8 juta hektar lahan
melalui pekerjaan irigasi. Namun demikian pengerahan tenaga dg cara-cara yang
menyerupai cara militer ini bisa menimbulkan masalah sosial yang baru, karena
semua penduduk dimbil dari satuan-satuan koperasi untuk bekerja di tempat yang
jauh dari rumahnya.Salahsatu penyelesaian masalah itu adalah mendorong
(dengan paksa) kaum perempuan untuk bekerja di sawah ladang alias di luar
rumah. Tindakan membebaskan permpuan dari pekerjaan (di) rumah tersebut sangat
penting, oleh karena itu tugas menjaga dan mengasuh anak, dan mentiapkan makan
perlu sentralisasi. Tugas kaum permpuan makin perlu lagi karena para pemimpin
PKT memindahkan beberapa industri ke pedesaan untuk meningkatkan produksi
industri secara national. Tindakan tersebut juga memberi peluangn kepada para
petani untuk belajar teknik-teknik baru maupun mendapat keuntungan dari
pekerjaan industri yang produktif. Ketika menghadapi masa-masa bertani yang
tidak sibuk.
Dg demikian penggalangan upaya untuk koperasi tingkat pertama menjadi tingkat
tinggi, merupakan bagian yang diterima dalam cara berpikir revolusioner
orang-orang Tiongkok. Tujuannya adalah meningkatkan produkrivitas penduduk
pedesaan agar mereka bisa menaikkan pertumbuhan industri maupun menyadari
kemampuan dan fleksibilitas manusia di pedesaan (tidak konservatif hanya bisa
bertani saja.)
Akibat dari kebijakan yang baru saja diambil adalah peningkatan besar-besaran
gerakan pengerahan massa (lagi) untuk bekerja secara bergiliran selama 24 jam
terus–menerus. Wajah pedesaan berubah karena pembangunan jalan, pabrik,
kota-kota kecil, tanggul, bendungan, reklamasi tanah rawa atau danau, reboisasi
tanah terlantar, serta pertanian pada umumnya. Dalam upaya mengembangkan
industri di pedesaan misalnya, pada tahun 1958 dibangun tungku-tungku peleburan
besi yang diharapkan bisa menghasilkan baja oleh tenaga-tenaga yang tidak
pernah mendapat pendidikan metalurgi tanpa bimbingan pakar metalurgi atau
alat-alat khusus. Sayang sekali baja yang dihasilkan tungku-tungku itu tidak
bisa dipakai karea mutunya rendah sekali. Pendek kata hasil industri pedesaan
sama sekali tidak ekonomis dan ambur-adul (kacau balau).
Pada akhir tahun 1958 ribuan petani dg membawa cangkul dan kranjang (pengki)
berbaris menuju daerah yang jauh dari tempat tinggalnya untuk memerangi alam.
Memang benar bahwa pengerahan tenaga bisa membuat tanggul untuk menahan banjir
dan bisa menyalurkan air untuk lahan-lahan pertanian yang lebuh luas. Lgipula
banyak rawa yang bisa direklamasi Untuk dijadikan lahan pertanian, namun
pekerjaan-pekerjaan itu tidak miningkatkan ketrampilan tenaga orang-orang desa
dan produktivitas setiap petani.
Pembentukan Komune Rakyat (KR = Renmin gongshe)
Pada waktu itu sebenarnya apa yang dikenal dengan nama “KR-RG) bwlum akan
diterapkan di desa-desa hingga bulan Juli 1958, tetapi pada bulan April di
Henan telah dilakukan percobaan membentuk KR dengan menggarap tanah-tanah milik
pribadi dan menggabungkan 27 unit gaojishe menjadi sati KR yang terdiri dari
9,369 rumah tangga (jiating atau hu)
Pada pertengahan tahun 1958 setelah panen gandum benar-benar meningkat sekali
seperi yang diharapkan penduduk, maka kampanye untuk menghapus kepemilikan
tanah pribadi dan membentuk KR di seluruh (pedesaan) negara dimulai. Secara
resmi pembentukan KR itu belum diperbolehkan, namun tampakny naik dua kali
lipat bahkan kemudian menjadi sepuluh kali di bawah a hanya didasarkan
kebijakan para pemimpin PKT di daerah-daerah saja.
Dalam suatu pertemuan di Beidahe dekat Tianjin pada bulan Agustus 1958, Kompus
PKT mengakui bahwa KR memang merupakan akibat logis dari perkembangan peristiwa
akhir-akhir ini. Menurut KomPus PKT tsb, penyebabnya adalah lonjakan produksi
pertanian seluruh negara yang terus menerus dan “kesadaran politik 500 juta
petani terus meningkat”. Jelaslah bahwa para pemimpin Kom Pus PKT
terkagum-kagum oleh pernyatan bahwa produksi pertanian “naik dua kali” lipat
bahkan kemudian “naik lagi menjadi supuluh kali” di bawah pengelolaan KR, maka
KomPus PKT akhirnya mengeluarkan pernyataan bahwa “Karena rakyat sudah bekerja
dan hidup secara kolektif, maka “kesadaran politik” 500 juta petani juga
“meningkat terus”Gedung makan, sekolah balita, penitipan anak, kelompok
menjahit, tempat pangkas rambut dll semuanya dibangun dan dikelola secara
kolektif untuk keperluan dan kepentingan seluruh KR menuju suatu kehidupan yang
sejahtera.
Pada pertemuan Kom Pus PKT berikutnya yaitu pada bulan Desember 1958 di Wuhan,
Kom Pus PKT mengakui dengan bangga bahwa suatu organisasi (kemasyarakatan) yang
baru telah lahir/muncul. Sukses produksi KR itu begitu besar sehingga RRT tidak
perlu lagi khawatir akan kelebihan penduduk. Sebaliknya malah justru kekurangan
tenaga kerja, kata para pemimpin PKT. Bayangan sukses tampaknya akan
membenarkan pandangan MZD tentang kemungkinan dijalankannya pertumbuhan yang
mantab melalui pengerahan tenaga kerja secara massal (besar-besaran/raksasa).
Untuk mencapai sukses tsb, para petani juga harus bebas dari
rintangan-rintangan yang disebabkan oleh perencanaan (pembangunan) yang terlalu
hati-hati dan gaya kerja yang birokratis (guanliao zhuyi zuofeng) dari
sebagian pemimpin dan pejabat pemerintah. Sementara itu laporan tentang
angka-angka produksi yang sangat menakjubkan yang dilaporkan para kader PKT di
pedesaan mengalir terus ke kantor-kantor propinsi untuk kemudian diteruskan
kepada pemerintah pusat di Beijing.
Rupa-rupanya angka-angka produksi gandum yang sangat mengagumkan itu telah
dibesar-besarkan sekali telah melampaui akal sehat, sehingga sangat
membahayakan negara jika laporan semacam itu dipercaya dan diandalkan oleh para
pemimpin PKT di Beijing terutama para perancang pembangunan. Para kader di
pedesaan tidak hanya tidak berani melaporkan kekurangan dari jatah produksi
pangan yang harus dicapai (setiap KR) sejumlah beberapa ton tertentu, tetapi
mereka juga takut dianggap sebagai “kaum kanan” atau “pecundang”. Celakanya
para pakar statistic dari kantor pusat Statistik telah disingkirkan terlebih
dulu (oleh penkgikut MZD) pada waktu kampanye “anti kaum kanan” dilancarkan
pada tahun 1957 bersama dengan pakar-pakar kependudukan (demograf) dan kaum
intelektual yang dianggap “kanan” pada umumnya. Sekarang tidak ada yang bisa
menyampaikan teguran dan kenyataan kepada pemerintah, bahwa angka-angka
produksi itu tidak masuk akal samasekali. Tambahan pula satu juta tungku baja
yang dipindahkan ke rumah-rumah di pedesaan tidak bisa menghasilkan produksi (baja)
bermutu tinggi.
Terlepas dari kegagalan yang ditutup-tutupi dan angka yang dibesarkan yang
palsu itu, DYJ telah membawa perubahan besar di Tiongkok. Penyatuan semua
keluarga (jiating) telah memberi dampak yang sangat mencolok pada struktur
keluarga. Sekalipun demikian keluarga batih (xiao jiating) masih
merupakan struktur organisasi masyarakat yang terkecil yang dikenal sebagian
besar penduduk Tiongkok. Pengerahan massa sejumlah besar tenaga kerja di
pedesaan maupun perkotaan untuk keperluan ‘proyek/pekerjaan-pekerjaan raksasa
di pedesaan telah mengubah wajah Tiongkok dan memakmurkan daerah-daerah yang
sebelumnya terbengkalai dan tidak subur. Ribuan petani juga mendapat pelatihan
dan petunjuk yang sederhana untuk menambang uranium dan minyak bumi, untuk
membuktikan kepada dunia bahwa RRT yang mandiri bisa mempercepat pengembangan
senjata nuklir dan mengakhiri kekurangan bahan yang melanda Tiongkok
berulang-ulang selama ribuan tahun.
Namun para pemimpin yang skeptical terhadap sukses di atas mulai melontarkan
kecaman thd MZD sejak sebelum pertemuan di Wuhan pada bulan Desember 1958 yang
lalu. Beberapa pemimpin PKT (yang skeptical) itu yakin bahwa MZD dan para
pendukungnya telah berjalan terlalu jauh dan terlalu cepat (kebablasan).
Lagipula
prospek jangka panjang DYJ memang suram. Pemimpin-pemimpin (kelompok ini, yang
skeptical) menolak untuk mengatakan bahwa pembentukan KR merupakan langkah dari
masyarakat sos’lis menuju, masyarakat komunis di Tiongkok. Menjelang tahun 1959
beberapa KR terpaksa dikembalikan ke bentuk koperasi produksi pertanian. Bahkan
di beberapa tempat orang-orang memperoleh lagi lahan milik pribadi untuk
keperluan keluarga masing-masing. Karena mrasa terdesak oleh kubu lawannya
(pimpinan LSQ), maka pada tahun 1958 MZD turun dari kedudukannya sebagai kepala
negara (presiden – zhuxi) dan menyerahkan tugas itu kepada LSQ, sekalupun MZD
masih memegang dua kedudukan penting yaitu Ketua PKT dan Ketua Komite Urusan
Militer Pusat PKT.
Perdebatan
dan Bencana akibat kegagalan DYJ.
Berbeda
dengan tahun 1958 yang dianggap menghasilkan panen produksi pertanian yang
sangat bagus, cuaca tahun 1959 samasekali tidak membantu pertanian. Para petani
yang berduyun-duyun pergi ke sawah ladang, kecewa sekali melihat tanamannya
tidak menghasilkan panen yang memuaskan. Sekalipun demikian data dari
provinsi-provinsi berdasarkan laporan para kader desa PKT di daerah-daerah
masih saja menunjukkan angka produksi yang sangat tinggi, jaitu dua kali
produksi tahun sebelumnya, padahal produksi yang sebenarnya justru turun.
Pemalsuan angka produksi tsb menimbulkan bencana buatan manusia sendiri yang
luar biasa dan sangat berbahaya.
Pada
awal 1959 memang ada langkah mundur dari gerakan DYJ, tetapi langkah tsb segera
dihentikan ketika diadakan pertemuan yang membahas hasil DYJ pada bulan Juli
1959 di Lushan, sebuah kota pegunungan di hilir s. Yangzi. Sekalipun ada
kekacauan yang disebabkan oleh DYJ, hanya ada seorang pemimpin yang berani
mengecam kampanye itu, yaitu PDH, Menhan, di suatu konperensi para pemimpin
puncak negara (tetapi tidak dihadiri oleh DXP dan ChenYun). PDH yang juga
anggota BiroPol Kompos PKT) melaporkan kepada MZD (tetapi tidak diumumkan)
tentang kemunduran penghidupan para petani dan bencana bahaya kelaparan yang
sudah melanda pedesaan. PDH juga mengemukakan beberapa masalah DYJ lain dan
menunjukkan bahwa Hunan (tanah air MZD) telah menerima lebih banyak bantuan
negara dari yang diketahui MZD. PDH menyatakan kejhawatiran tentang kesalahan
laporan tentang keadaan sesungguhnya di pedesaan serta bencana yang bisa
terjadi untk negara.
MZD bukannya menganggap laporan yang seharusnya merupakan surat
pribadi kepada MZD itu untuk diketahui MZD seorang sendiri, MZD malah
menyebarkan surat itu kepada semua pimpinan senior PKT yang hadir di pertemuan
itu, dan melancarkan serangan balik kepada PDH. MZD menuduh PDH telah membentuk
klik oportunis kanan (youqing jihuizhuyi jituan) dan telah “memecah
belah PKT. Padahal PDH adalah seorang teman seperjuangan MZD sejak awal perang
gerilya pada tahun 1930-an). Begitu marahnya MZD sehingga dia segera memecat
PDH sebagai Menhan maupun Panglima Tertinggi TPR, dan mengangkat Lin Biao (LB)
sebagai gantinya. MZD juga terang-terangan menuduh bahwa PDH telah memberikan
info yang negative kepada PM Krushev ketika PDH ada di Moskow. Oleh karena itu
Krushev menggunakan info itu untuk mencela dan mengecam kebijakan KR ciptaan
MZD.
Para
pemimpin yang hadir di pertemuan Lushan itu terkejut sekali akan serangan MZD
terhadap PDH tetapi tidak ada yang berani membela PDH atau memberi komentar
apapun. Jelaslah bahwa kecaman terhadap kebijakan MZD yang dilontarkan oleh
seorang pemimpin senior di antara pemimpin-pemimpin senior PKT lainnya,
dianggap sebagai kecaman terhadap pribadi MZD tentang kepemimpinannya dan
pandangannya (yang keliru). Akibatnya, PDH dipejat dan para pemimpin PKT
lainnya tidak berani apa-apa dan tidak bisa berbuat apa-apa (Memang pada
hakikatnya MZD sejak pertemuan di Zunyi tahun 1930-an dan kemudian setelah
menang melawan Jepang, MZD sudah bertindak dan bersikap seperti seorang
Diktator yang tidak bisa dan tidak mau dibantah perintahnya).
Sebagai
tindakan pembalasan terhadap kecaman PDH, pada tahun 1959 itu juga MZD justru
mengobarkan lagi semangat para pengikut dan pendukung gerakan DYJ tetapi dengan
akibat timbulnya bencana yang lebih dahsyat lagi. Kesulitan itu dialami karena
pemerintah mengalihkan sejumlah besar tenaga kerja untuk pekerjaan
infrastruktur dalam ukuran raksasa, dan juga karena iklimnya pada waktu itu
sangat buruk. Akibatnya ada desa yang pasokan gandumnya tinggal seperlima dari
yang seharusnya (alias kelaparan)
Karena
semangat para pendukung MZD masih menggebu-gebu (juga karena kultus individu
terhadap pribadi MZD) para pengelola gerakan DYJ tetap menentang pendapat dan
kebijakan para pakar ekonomi perancang pembangunan dari pemerintah pusat
(seperti pakar ekonomi Chenyun). Ketika DYJ tetap dilanjutkan, produksi
industri berat maupun ringan yang menghasilkan barang-barang konsumsi justru
menurun tajam. Penuduk pedesaan banyak yang kekurangan gizi sedang angka
kematian meningkat tajam. MZD masih mengatakan bahwa jika orang-orang hanya
menonjolkan hasil yang negative saja, maka dia sendiri akan ke desa untuk
memimpin para petani menggulingkan pemerintah. Jika TPR tidak mau mengikutinya,
maka dia sendiri akan membentuk apa yang disebut Tentara Merah (lagi) seperti
yang telah dilakukan pada masa perang getilya dalam HA dulu. MZD juga
menyangkal bahwa ada KR yang dibubarkan. Sekalipun jika semuanya hancur, maka
biarlah semua KR itu hancur. Lalu dengan bahasa yang sangat kasar dan jorok MZD
mengingatkan bahwa seandainya kekacauan akan timbul, maka dia sendiri yang akan
bertanggung jawab.
Pada
waktu MZD melontarkan kemarahan di pertemuan di Lushan itu, rakyat Tiongkok di
pedesaan di seluruh negara sedang kelaparan seperti yang telah disinggung di
muka. Orang-orang desa makan apa saja yang bisa dimakan. Sekalipun demikian MZD
tidak mencoba menambah jatah pangan di daerah-daerah yang kelaparan. Para kader
desa PKT di daerah-daerah masih memaksa para petani memenuhi gudang-gudang
gandum negara untuk mencapai surplus yang dicita-citakan karena pemerintah
masih percaya dan mengandalkan laporan angka-angka yang sesungguhnya palsu
tetapi di besar-besarkan itu. Sementara investasi untuk industri naik menjadi 43,4%
dari pendapatan nasional tahun 1959, ekspor gandum ke Uni Soviet juga terpaksa
ditambah untuk membayar mesin-mesin dan alat-alat besar lebih banyak lagi.
Jatah gandum rata-rata seharusnya paling sedikit 205 kg seorang pertahun pada
tahun 1957, akhirnya tinggal 154 kg pada tahun 1961, suatu jumlah yang sangat
mengerikan. Akhirnya bahaya kelaparan secara besar-besaran timbul di mana-mana
dan minta korban jiwa 20 juta lebih di antara tahun 1959-1962. Masih banyak
lagi yang meninggal sesudah tahun itu sebagai akibat DYJ, terutama anak-anak
karena kekurangan gizi yang semakin gawat. Tanggapan MZD terhadap laporan PDH
dan tindakan yang diambil sesudahnya yaitu pemecatan PDH, telah menghancurkan
persatuan pimpinan PKT yang pada awalnya hampir semua menyetujui gerakan DYJ.
Pembeberan kegagalan DYJ oleh PDH telah menunjukkan kekeliruan MZD dan
menghancurkan solidaritas para pemimpin PKT. Pertentangan PDH dan MZD juga
disebabkan karena keinginan PDH untuk membuat TPR yang professional dan
menguasai teknologi kemiliteran yang canggih seperti militer Uni Sov. MZD ingin
mengembangkan bom nuklir (lebih dulu) sebagai pasangan taktik perang gerilya
tanpa melalui tahap sebuah sistem kemiliteran yang professional dan modern
seperti Uni Sov
Kegagalan
DYJ sebenarnya tidak hanya disebabkan karena kesalahan MZD yang kepala batu,
tetapi juga karena sebagian besar rakyat pedesaan memang bersemangat untuk
melaksanakan kegiatan yang besar-besaran (pengerahan massa), yang merupakan
ciri khas gerakan DYJ. Tambahan pula para anggota PKT (kader) setempat yang
mnenjalankan dan mendorong pekerjaan raksasa itu selalu melaporkan angka-angka
produksi yang tidak masuk akal. Lagipula sentralisasi pekerjaan di rumah,
perawatan dll agar tenaga perempuan bisa dikerahkan (diberdayakan) di luar rumah,
juga telah mendorong rajkyat Tiongkok menuju bencana,
Desentralisasi
pemerintahan telah membuat pemimpin-pemimpin (kader) PKT di pedesaan kesempatan
untuk mengelola penduduk dalam proyek-proyek baru tanpa campur tangan
pemerintah pusat (berkat dorongan MZD). DYJ benar-benar sudah bmementingkan
peran (kader) Partai di pedesaan sebagai pemimpin masyarakat (tetapi kuga
menjadi golongan elit). Strategi DYJ yang memanfaatkan (pengerahan) massa
secara besar-besaran untuk membangun atau mengembangkan perekonomian di
pedesaan sangat menyulitkan para pakar ekonomi (perancang pembangunan) di pusat
untuk mengendalikan para kader Partai di daerah-daerah agar bersedia kembali ke
jalur sentralisasi seperti yang dikehendaki pengelola ekonomi negara pada
umumnya. Di balik itu semua kepribadian dan keangkuhan MZD (karena sudah
didewakan rakyat banyak), memang merupakan sebab yang sangat fatal akan
kegagalan yang terjadi selama itu. Sepanjang hidupnya MZD telah melawan
kelompok yang berkuasa dan mapan (kaya, elit partai atau pemerintah) dan
orang-orang yang pada awalnya diangkat untuk menggantikan MZD kelak (seperti
LSQ dulu). Bahkan sebelum 1949 pun MZD sudah melawan orang-orang yang mapan di
masyarakat Tiongkok. Motif utama yang mendorong MZD untuk memberontak adalah
pengerahan massa (rakyat) pada satu pihak, tetapi penindasan kaum cendekiawan
pada pihak lain.
Perkotaan
selama gerakan DYJ.
Setelah DYJ dilancarkan, para pemimpin PKT seperti LSQ dan DXP (dari kubu lawan
MZD) bisa memperoleh laporan yang bisa dipecaya tentang hasil KR, industri,
ilmu pengetahuan, kriya, keuangan, perdagangan, kesusastraan dan kesenian,
sebagai dasar untuk membuat program rehabilitasi, terutama untuk mengendalikan
ekonomi industri Selama DYJ berlangsung pepindahan penduduk dari pedesaan ke
kota-kota telah menyebabkan kenaikan penduduk kota sampai 130 juta menjelang
1960. Pembangunan bpabrik dan permintaan akan bahan mentah naik tajam sekali
sehingga tidak terkendali. Pada periode 1960-1964 tindakan penghematan telah
memaksa pemerintah menutup pabrik-pabrik sedang jumlah lowongan kerja menurun
sampai 50%. Biaya pengangguran di kota-kota diatasi dg mengirim jutaan pekerja
dan pegawai dari kota ke pedesaan (xiafang) sehingga penduduk perkotaan bisa
berkurang 14 juta. Semua rumahtangga dicatat, gandum/beras dan kebutuhan
sehari-hari lainnya dijatahi. Pencatatan rumah tangga tersebut sekaligu
merupakan pngedalian dan pengawasan terhadap penduduk kota. Perpindahan dari
desa ke kota secara gelap dihentikan, bahkan banyak pemuda kota dikirim ke
desa-desa secara ajeg (konstan) untuk bekejra di kalangan pertanian dan rakyat
jelata pada umumnya.
Pada tahun 1960-an tidak ada perpindahan atau pergantian tenaga kerja yang
tidak diketahui pemerintah, semuanya dikendalikan dan diawasi oleh pemerintah.
Para pekerja di BUMN dimasuk-masukan ke dalam unit-unit kerja (danwei) dan
sangat terhantung hidupnya pada unit kerja (danwei) masing-masing
sehingga mempermudah pengawasan mereka. Dg cara demikian tenaga kerja yang
utama di industri berat dan BUMN lainnya sangat tergangtung pada negara dan
PKT, seperti halnya petani yang sangat tergantung hidupnya pada tenaga
pertanian di desa.
Sementara itu para perencana pembangunan seperti Chen Yun menginginkan
tumbuhnya motivasi kerja dalam pertanian dengan cara mengijinkan para petani
mengerjakan tanah pribadi lagi, dan menjual hasilnya di pasar lokal yang bebas,
suatu upaya untuk memberimereka tanggungjawab atas penghidupan masing-masing.
Gagasan untuk membiarkan petani membuat barang-barang keperluan sendiri secara
individual (tidak kolektif) telah mendorong MZD untuk sekali lagi melaksanakan
indoktrinasi ideologi (komunis) melalui “perjuangan kelas masyarakat” (chengfen
douzheng).
Lahirnya
dua kubu kebijakan yang bertentangan (yang lebih keras).
Kecaman PDH tentang kegagalan DYJ dan kelompok yang mnyetujui DYJ ditambah
dengan perpacahan hubungan Uni Sovy, Peperangan RRT di perbatasan India dan
janji RRT untuk membantu Vietnam dalam peranngnya melawan AS, semua factor itu
telah membuat MZD merasa bahwa sekarang sudah tiba saatnya untuk melksanakan
gerakan yang lebih dahsyat lagi untuk membentuk kembali masyarakat Tiongkok
menjadi masyarakat yang benar-benar sosialis yang diidam-idamkan MZD. Gerakan
tsb menjelma sebagai apa yang dalam sejarah kemudian disebut Revolusisi
Kebudayaan Agung (Wenhua Da geming) atau Wenhuageming saja.
Masa
pemulihan ekonomi 1961-1965
Salah satu strategi yang dicoba untuk memperbaiki keadaan ekonomi yang sudah
sangat buruk itu adalah memeriksa kondisi lokal dengan menyuruh para pemimpin
PKT memeriksa sendiri kondisi di daerah (semacam xiafang).
Penyelidikan semacam ini dilakukan oleh Chen Yun salah satu pemimpin PKT yang
berpengalaman sekali dalam bidang pembangunan ekonomi (negara), dan pada waktu
itu menduduki tempat dalam urutan kelima di PanTap BirPol KomPus PKT, yaitu
lembaga yang paling berkuasa di seluruh RRT (tetapi masih di bawah MZD,
satu-satunya pemimpin yang paling berkuasa di seluruh RRT). SEjak 1949 Chen Yun
adalah juru bicara yang paling terkemuka untuk pembangunan ekonomi.
Pada akhir bulan Juni 1961 Chen Yun meninjau sebuah KR di sebuah desa
(kelahirannya) di kabupaten Qingpu di dekat Shanghai. Dia menanyakan kepada
rakyat petani tentang kuota pembelian gandum oleh pemerintah, dan sikap para
kader PKT setempat serta masalah criminal di wilayahnya. Chen Yun yakin bahwa
para petani berkata secara jujur dan terus terang karena dia mempunyai hubungan
dan reputasi yang baik di desa kelahirannya itu. Penduduk di situ masihb ingat
apa yang dilakukan Chen Yun pada tahun 1920 dahulu.
Pembeberan keadaan yang sebenarnya oleh penduduk sebuah desa tsb sangat membuat
para pemimpin terkejut dan khawatir karena desa yang seharusnya sangat makmur
karena tidak jauh dari sebuah pasar yang sangat besar seperti Shanghai itu
penduduknya justru kelaparan. Karena kolektivisasi pertanian dalam KR di desa
itu tidak dikelola dan diawasi dengan baik, maka penduduk tidak berminat untuk
usaha pertanian kolektif. Mereka lebih suka mengerjakan tanah sendiri dan
menjual hasilnya ke pasar (bebas) atau mengerjakan pekerjaan sampingan lainnya.
Chen Yun juga melihat bahwa para petani tampaknya mengetahui benar sampai hal
yang sekecil-kecilnya tentang kehidupan di desanya, tetapi para kader PKT yang
selalu menyuruh-nyuruh para petani mematuihi norma dan peraturan nasional serta
mengikuti rencana yang menurut para kader itu “masuk akal” demi kolektifisasi
pembangunan.
Berdasarkan hasil pengamatan di daerah itu, Chen Yun mengajukan lima rekomendasi
kepada pemimpin PKT. Karena pemulihan keadaan pertanian memerlukan waktu lama
sekali dan kondisi di kota-kota juga memburuk, maka(1) 1,3 juta petani yang
sampai sekarang telah merembes kembali ke kota sejak 1957 harus dikembalikan ke
keluarganya di pedesaan, dan para pemuda yang tidak ada pekerjaan di kota juga
harus dikirim ke pedesaan (xiafang). (2) Ribuan pabrik/industri krena gerakan
DYJ yang tidak efisien harus dibongkar. (3) sekalipun pada dasarnya kerja
kolektif masih ada, 6% dari tanah pedesaan harus dikembalikan kepada para
petani dalam bentuk tanah miliknpribadi. (4) Pasar desa swasta harus dibuka
kembali. (5) setiap rumah tangga secara individual (tidak kolektif) boleh
bertanggung jawab kembali untuk menetapkan kuota produksi.
Setelah dibahas secara tuntas oleh 7.000 kader PKT di suatu pertemuan pada awal
tahun 1962, “penemuan” Chen Yun yang tidak menggembirakan itu beserta kelima
rekomendasinya diteruskan kepada MZD oleh tiga orang PKT yang paling berkuasa yaitu
LSQ, presiden RRT, ZEL Perdana Menteri RRT dan DXP Sekjen PKT. MZD setuju untuk
menyebarkan rekomendasi ChenYun kepada para pemimpin PKT yang lain, sekalipun
dia sendiri yakin bahwa RRT masih berjalan menuju jalan pemulihan ekonomi yang
benar. Namun demikian MZD tetap menentang keras untuk membubarkan
pranata-pranata kolektif (seperti bermacam-macam koperasi dan KR).
Selama tahun 1962 dan 1963, sementara PKT menjalankan kebijakan untuk
memperbaiki ekonominya, makin lama makin banyak bukti betapa buruknya moral
ndan semangat penduduk di pedesaan dan betapa seringnya para kader PKT
dibpedesaan mnyelahgunakan kedudukan dan wewenangnya. Rupa-rupanya bencana
kelaparan karena DYJ-lah yang menyebabkan tumbuh dan berkembangnya korupsi.
Kader-kader PKT di pedesaan diberi otonomi yang luas untuk menentukan sendiri
kuota masnional (desanya) yang sangat besar dan tidak masuk akal, serta menyita
gandum dari para petani yang lemah dan tidak berdaya tetapi btidak disukai para
kader itu. Banyak bukti bahwa para kader itu srka minum-minum, main judi,
mrelakukan perdagangan gelap, kprup atau mengatur “jual-beli perkawinan”.
Gadis-gadis jang baru berumur 14 tahun dijual untuk 350 Y, dan ada seorang
gadis yang pernah dijual/dikawinkan” sebanyak 13 kali.
Menghadapi keadaan dan perilaku para kader yang sangat buruk dan kejam itu,
para petani “melarikan diri” menuju “dunia perdukunan” atau mementingkan diri
untuk mengerjakan tanah pribadi yang tentu saja merugikan tanah-tanah milik
kolektif.
Karena keadaan di pedesaan sudah begitu parah, maka para pemimpin PKT termasuk
MZD, LSQ, ZEL, dan DXP tampaknya setuju untuk membuat program baru yang
menyeluruh untuk memperkenalkan kembali nilai-nilai sosialis yang hakiki kepada
masyarakat RRT. Oleh karena itu Kampanye Pendidikan Sosialis (shehui zhuyi
jiaoyu) dan Perjuangan Kelas (masyarakat – jieji douzheng)
harus digalakkan kembali di seluruh negara. Semua orang harus ikut serta dalam
“Pembersihan empat hal (siqing yundong)” (politik, ekonomi, ideologi dan
orhanisasi). Puluhan ribu kader PKT dipindahkan ke desa-desa (xiafang), baik
untuk belajar dari petani, maupun untuk memurnikan “garis massa” (qunzhong
luxian) yang menekankan bahwa semua organisasi dan kerja harus dikaitkan dengan
massa, yaitu petani. Upaya kolektif harus didahulukan dan bukan upaya
individual (geren zhuyi). Kepemilikan kolektif (jiti suoyouzhi)
lebih dipentingkan di tas kepentingan individual (geren suoyouzhi). PKT membuat
slogan (tiga jenis kumpulan tiga hal” yaitu (1) memjukan 3 ideologi atau isme:
kolektivisme, patriotism dan sosialisme, (2) menentang “3 gaya buruk”:
kapitalistis, feodalistis, dan boros. dan (3) menerapkan 3 keperluan yaitu
untuk membangun sosialisme, mencintai kolektivisme dan menjalankan KR secara
demoktratis dan hemat.
Penyelidikan
LSQ dan istrinya Wang Guangmei, ttg keadaan di desa.
Beberapa bulan setelah pemecatan PDH pada tahun 1959 dan meningkatnya
ketagangan hubungan RRT dg Uni Sov, serta sementara para pemimpin RRT danPKT
masih berupaya untuk mendapat peran yang baru dalam keadaan yang sangat kacau
ini, rakyat Tiongkok pada umumnya masih bekerja keras untuk sekedar bisa
mempertahankan hidup (survive). Sementra MZD mundur selangkah dari
“baris depan” (yaitu menyerahkan kepemimpinan negara kepada LSQ) para pemimpin
lainnya mencoba menerapkan beberapa strategi kebijakan untuk mengatasi
kehancuran ekonomi negara dan menaikkan lagi moral rakyat Tiongkok.
Wang Guangmei mengunjungi Taoyuan di Provinsi Hebei pada bulan November 1963
dan tinggal di sana hingga bulan April 1964. Dia mengikuti pertemuan-pertemuan
massa dan membentuk jaringan informan-informan yang bisa dipercayainya. Tanpa
memberi tahun siapapun termasuk kader-kader PKT setempat. Wang Guangmei
mengumpulkann info tentang kecurangan, korupsi, pnyalahgunaan wewenang dan
kekuasaan, serta awal tumbuhnya kapitalisme di antara kader-kader setempat.
Wang
Guangmei berkesimpulan bahwa keempat apa yang jahat itu ada pada hampir semua
kader PKT setempat”. Semua kader, besar atau kecil bermasalah dan tidak bisa
dipercaya. Ketika Wang Guangmei melaporkan hasil temuannya kepada suaminya, LSQ
menyuruh agar istrinya mengadakan sidang “perjuangan” secara umum dan serentak
bagi para kader PKT yang bersalah. 40 dari 44 orang kader partai di Taoyuan
dikecam di depan umum atau diberhentikan dari jabatannya.
LSQ percaya bahwa koreksi tentang penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan di PKT
adalah urusan internal PKT. Tetapi MZD merasa bahwa jika orang-orang PKT banyak
kekurangannya, maka mereka harus dikoreksi melalui debat dan kecaman umum yang
terbuka untuk seluruh massa. Namun isi koreksi itu berbeda-beda dari satu
tempat ke tempat yang lain. Baru pada akhir 1964 ZEL mencoba meluruskan
kekalutan atau kesalahan-lahan yang boleh dikatakan masih kecil itu. Tetapi MZD
menuduh bahwa dengan pokja-pokja (yang dimaksud di sini termauk istri LSQ yaitu
Wang Guangmei) penyelidik yang menggunakan cara yang diktatorial (menurut
pendapat MZD) dan menjelek-jelekkan sejumlah besar anggota PKT, menurut LSQ
pada hakikatnya tidak bertindak melawan sosialisme.
MZD
mengatakan pada bulan Januari 1965 bahwa DXP juga ikut bersalah karena
berperilaku serupa. Karena dengan mengadakan penyelidikan secara rahasia dan
tidak mengajak rakyat di wilayah yang diselidiki untuk penyelidikan itu maka
DXP adalah seorang yang berubah-ubah sikap terus (plin-plan) seperti ular yang
sewaktu-waktu harus ganti kulit. Yang dimaksudkan MZD adalah bahwa DXP
sebenarnya tidak percaya akan penilaian oleh masyarakatnya sendiri dan
menjauhkan diri dari gerakan massa. (MZD sebenarnya memang sudah tidak suka dan
memusuhi DXP dan LSQ termasuk istrinya sehingga apapun yang dilakukan mereka
disalahkan semua.
Suasana
sebelum Wenhua Geming WG (Rev Kebudayaan (RK) dilancarkan.
Pertentangan antara kelompok yang,mengkultuskan (mendewa-dewakan) MZD terjadi
sebelum gerakan yang dikenal dalam sejarah yaituWenhua Geming(WG) atau
“Revolusi Kebudayaan”(RK) dan yang kemudian menjadi kacau balau dan minta
korban berjuta-juta penduduk Tiongkok. Kekacauan dan penderitaan selama RK juga
dikenal banyak orang (dalam dan luar negeri) sebagai dasawarsa “yang hilang”
yang kedua (yang pertama adalah akibat kegagalan gerakan DYJ).
Pendapat-pendapat yang terpecah muncul di permukaan seperti mengenai (1)
gerakan “Baigua qifang bajia zhengming”, (2) Da YueJin, (3)
hubungan RRT dengan Uni Sovy, (4) sikap bermusuhan AS yang masih berlanjut, dan
(5) Gerakan sosialisme (shezhuyi yundong). Kelima masalah tersebut
menyebabkan MZD merasa terancam kedudukannya (sebagai orang yang tidak bisa
dibantah perintahnya) dan nasibnya.
LSQ, DXP, Chen Yun dan ZEL, semua teman-teman seperjuangan lama sejak masa
bergerilya bersama-sama MZD, makin lama makin tidak sesuai pendapat dan
pandangannya dengan MZD terutama mengenai bagaimana seharusnya memerintah
negara RRT. Salah seorang yang membantu menegakkan kembali wibawa dan citra MZD
adalah LB, seorang komndan tempur TPR yang berpengalaman dari jaman Yan’an dan
perang melawan KMT, dan yang secara de facto menggantikan PDH
setelah PDH dipecat oleh MZD. Pada awal tahun 1960-an, di dalam tubuh TPR, LB
berusaha keras memperkokoh visi mengenai MZD sbg pemimpin besar (semacam
mengkultuskan MZD juga). LB merangkum secara ringkas karya-karya tulis dan
pidato MZD yang banyak sekali dari masa 30 tahun yang terakhir, ke dalam sebuah
buku kecil (hong bao shu) yang berjudul “kutipan dari Ketua
MZD (mengacu MZD sbg ketua PKT)”. Pada tahun 1963 buku kecil yang berwarna
merah tsb harus dipelajari dan dibahas oleh semua anggota TPR. Walapun bagi
kebanyakan pemimpin PKT buku itu tidak maknawi. Jutaan prajurit TPR mulai
mempelajari dan menhafal kata-kata “mutiara” MZD dan dengan demikian menaikkan
derajad MZD sebagai pujaan atau bahkan “dewa”. Pada pihak lain kumpulan karya
dan pidato LSQ dan Chen Yun, sang perancang ekonomi pembangunan negara
diabaikan sama sekali oleh banyak orang dan tidak diterbitkan.
Dalam upaya “mendekati” MZD lebih lanjut, LB mengangkat jenderal-jenderal yang
bertugas sebagai panglima wilayah militer yuga merangkap sebagai sekjen PKT
wilayah bersangkutan. Sekretaris-sekretaris PKT lainnya diangkat sebagai
komisaris politik (zhengzhi weiyuan) TPR sehingga suasana sipil militer makin
membaur. MZD membuat garis pemisah antara sipil militer itu menjai lebih
samar-samar dengan membentuk “minbing atau pasukan rakyat” semacam
pasukan Hansip atau ‘tentara” rakyat yang besar sekali yang bisa bekerjasama
secara erat dengan TPR dalam hal pertahanan negara sampai ke tingkat desa-desa.
Pada tahun 1963 upaya indoktrinasi TPR untuk menekankan nilai-nilai dasar
mengenai pengabdian mereka kepada PKT. Rupoanyabupaya LB untuk menjilat MZD
berhasil sehingga MZD minta agar semua orang belajar dari TPR. LB juga
menjalin guanxi dengan pejabat-pejabat bidang kebudayaan.
Salah satu sekutu LB dalam upaya tsb tentu saja orang terdekat MZD yaitu Jiang
Qing, istri keempat MZD yang baru muncul dalam dunia politik tahun 1960-an.
Tokoh lain yang didekati LB adalah Kang Sheng yang muncul sebagai tokoh yang
kuat di dalam sistem keamanan nasional (intelijen). Kang Sheng merupakan
penasihat MZD yang paling dekat untuk menafsirkan kebijakan-kebijakan ideologi
dan pernyataan-pernyataan Uni Sov. Sama seperti Jiang Qing (JQ) Kang Sheng juga
yakin bahwa seni, drama, filem mapun susatra, sudah penuh dengan kecaman
terhadap PKT, bahkan terhadap MZD sendiri. Dia mendesak agar kesusasteraan
kembali kea rah visi yang revolusioner dan menampilkan sastrawan dan artisnya
dari kalangan buruh dan petani, bukan dari kalangan kaum cendekiawan lama (jiu
zhishi fenzi) yang telah mendominasi dunia kesenian. Dalam dunia drama dan
kesusastraan yang menjadi korban pertama kecaman kelompok MZD, LB, JQ dan Kang
Sheng adalah seorang sastrawan bernama Wu Han, seorang sejarawan dan penulis
yang menggunakan seorang pejabat jaman dulu yang terkenal dari dinasti Min
bernama Hai Rui (untuk menyindir MZD). Hai Rui dengan gigih melawan kaum
birokrat yang picik demi kesejahteraan rakyat banyak. Hai Rui mengecam kaisar
yang menghmbur-hamburkan kekayaan negara sementara rakyatnya yang kelaparan
sudah bersiap-siap untuk berontak. Hairui aikhirnya dipecat oleh kaisar.
Sejarah Tiongkok kemudian memiji Hai Rui sebagai orang yang “berani dalam
segala jaman” yang tidak takut akan ancaman hukuman. Sedang sang kaisar
digambarkan sebagai penguasa yang “mendambakan amarta walaupun
sia-sia” Kaisar digambarkan juga sebagai orang yang mau menangnya sendiri
(dictator) dan tidak mau menerima kritik. Pejabat-pejabat yang mengabdi sang
kaisar digambarkan sebagai pejabat-pejabat yang tidak berani melawan sang kaisar
walaupun mereka tahu bahwa keadaan negaranya sudah buruk dan gawat sekali.
Drama yang ditulis Wu Han (yentang dipecatnya Hairui oleh kaisar Ming itu) dan
tulisan cendekiawan-cendekiawan lain, rekan-rekan Wu Han, merupakan sebagian
dari tulisan yang menggunakan contoh sejarah dan kecaman-kecaman itu membuat
marah banyak pemimpin dan tokoh politik. Reaksi MZD adalah mengajak para
pemimpin yang sealiran, untuk mengecam balik “ideologi borjuis” dan
“reaksioner” itu pada bulan Sept 1965. Namun karena yang diajak nampaknya agak
segan-segan, dan MZD tidak bisa menggunakan penerbitan-penerbitan yang ada di
Beijing (karena dikuasai Peng Zhen, walikota Beijing yang pro LSQ), maka MZD
perdi ke Shanghai pada bulan November, karena di sana ada kelompok cendekiawan
radikal garis keras komunis. Mereka bertekad untuk mengembalikan masyarakat dan
semangat sos’isme ke dalam kehidupan kaum cendekiawan di RRT.
Sementara itu LB memerintahkan menghapus semua pangkat dan tanda-tandanya di
kalangan TPR. Sejak itu para perwira, bintara, dan prajurit tidak bisa
dibedakan karena seragamnya pun sama, dan menjalankan tugas sehari-hari yang
sama. LB juga memindahkan sejumlah besar anggota TPR ke dalam tubuh “Aparat
Keamanan Umum”[i] untuk
mengawasi Aparat itu (dari dalam). Pada bulan Nov. 1965 teman dekat JQ yaitu
Tao Wen Yuan menyerang karya Wu Han “Hairui baguan” (Hairui dipecat”,
dengan menuduh bahwa Wu Han ingin menggantikan teori M-L-isme dengan teori kaum
borjuis dan tuan tanah. Artikel itu diterbitkan di Shanghai dan baru bisa
diterbitkan di Beijing tiga minggu kemudian. Hal itu menunjukkan betapa
ragu-ragunya para pemimpin di Pemerintah Pusat (Beijing) untuk mengambil sikap
sekeras kelompok radikal komunis di Shanghai.
Pertentangan
(dua kubu pimpinan PKT) memuncak.
Pada awal 1966 dua kelompok yang sangat berbeda pendirian dan pendapatnya (kubu
LSQ lawan kubu MZD) mengadakan pertemuan untuk membahasa kasus sastrawan Wuhan.
Kelompok (1) pertama (LSQ) adalah apa yang disebut “Kelompok Lima” sekalipun
sebenarnya anggota yang aktif jumlahnya lebih besar dari lima, mengadakan
pertemuan di bawah pimpinan Peng Zhen, walikota Beijing, seorang pemimpin PKT
yang sudah banyak pengalaman dalam politik dan anggota PnTap BirPol KomPus PKT.
“Kelompok Lima” ini juga mengikutsertakan pejabat tinggi/senior Kementerian
Kebudayaan, media massa, akademisi dari dalam tubuh PKT. Mereka hampirsemuanya
merupakan pejabat dan kaum cendekiawan PKT yang professional yang lebih suka
bersikap tidak mau mengubah tatanan yang sudah ada dan mapan (alias memilih
status quo), tapi sebenarnya dalam hati mereka cenderung lebih dekat dg LSQ dan
DXP. Kelompok (2) kedua dipimpin oleh JQ meliputi kaum cendekiawan yang radikal
tetapi belum mapan (belum dapat tempat di kalangan atas (PKT). Kelompok kedua
mengadakan pertemuan di Shanghai (sarang kaum radikal) untuk membahas tujuan
politik kesusasteraan dan seni pertunjukan. Kelompok ini mendukung sikap MZD
yang mengecam Kementerian Kebudayaan yang terkagum-kagum oleh kejayaan masa
lampau. Kelompok ini juga menghendaki agar seni adalah untuk dan diciptakan
oleh rakyat jelata.
“Kelompok Lima” pimpinan Peng Zhen tidak melancarkan serangan yang menyeluruh
terhadap sistem budaya Tiongkok. Mereka menggunakan kata-kata yang halus untuk
mengecam Wu Han dengan menyatakan bahwa masalah itu agak ruwet dan banyak
masalah akademis yang tidak bisa diselesaikan dalam waktu pendek. Mereka malah
mengatakan bahwa “bahkan seorang revolusioner yang kiri pun hampir tidak bisa
menghindari kekeliruan atau mengatakan sesuatu yang keliru, jadi bisa saja
salah. Pernyataan tsb jela merupakan suatu sindiran terhadap MZD sendiri.
Pada bulan Februari 1966 JQ dan para “pekerja kebudayaan” TPR mengadakan
pertemuan di Shanghai (lagi). Pertemuan itu berkesimpulan bahwa Tiongkok masih
didominasi oleh kediktatoran yang anti partai yang smasekali bertolak belakang
dengan pikiran dan ajaran MZD. Garis (‘Kelompok Lima”) yang memuakkan itu
merupakan gabungan gagasan (sixiang) yang borjuis (zichan jieji)
dan revisionis (xiuzheng zhuyi) dalam kesusasteraan dan seni tahun
1930-an.
Pertentangan dan “pertempuran” kedua kubu tidak bisa dilerai atau didamaikan
dan tidak ada yang menengahi itulah yang kemudian menjadi pemicu apa yang
kemudian pecah dan terkenal dg sebutan Wuchan Jieji Wenhua Dageming (WH)
atau (Rev Kebud Oroletar yang Agung”(RK). Sesungguhnya gerakan ini sangat rumit
harena di dalamnya terdapat banyak sekali cetusan-cetusan gagasan yang saling
mendorong dan mencegah meledaknya gerakan itu. Pada satu pihak MZD menganggap
bahwa strategi-strategi politik pemimpin-pemimpin PKT yang menduduki jabatan
tinggi di pemerintahan seperti LSQ, DXP, Chen Yun, Peng Zhen, jelas-jelas
berbeda dengan strategi MZD mengenai kecepatan arah dan lajunya perubahan
Tiongkok. Ada juga ambisi politik LB dan pengikutnya yang mendukung uypaya
untuk memperluas peran TPR dalam kehidupan politik dan oleh karena itu bisa
membuat TPR menjadi pusat perubahan kebudayaan Tiongkok.
Pertentangan kebijakan pimpinan yang bermacam-macam ambisinya tsb diperparah
dengan kemarahan (1) mahasiswa dan pelajar yang jengkel karena mereka
dihalang-halangi untuk ikut gerakan politik karena mereka adalah anak-anak dari
orangtua yang ada kaitannya dengan KMT, Tuan Tanah, atau kaum bermodal dari jaman
yang lalu (sebelum 1949) oleh PKT. Ada juga jutaan (2) pemuda perkotaan yang
mendongkol karena dipaksa dikirim ke desa oleh PKT beberapa tahun yang lalu
sesuai kebijakan Chen Yun dkk untuk menghemat pengeluaran pangan warga
perkotaan. Ada pula (3) anak-anak di kota besar yang ditolak masuk sekolah
unggulan/elit yang jumlahnya tidak banyak Sekolah unggulan itu pada hakikatnya
merupakan sekolah persiapan masuk PT/Univ bagi anak-anak pemimpin-pemimpin PKT
yang berpengaruh. PT di Tiongkok hanya sedikit sekali sedang ujian masuk sangat
sulit sehingga hanya lulusan SMA unggulan semacam yang disebut tadi saja yang
bisa masuk PT. dan akhirnya (4) banyak juga pemuda yang mendongkol karena
posisi-posisi penting di PKT disediakan hanya untuk kader-kader Partai yang berpendidikan
dari pedesaan, tetapi mereka adalah kader-kader MZD dari jaman perang gerilya
dulu. Menurut pendapat para pemuda yang jengkel tadi seharusnya kader-kader PKT
tadi sudah harus menyingkir dan diganti dengan kader-kader yang baru yang lebih
berpendidikan.
Pada pertengahan tahun 1966 banyak peristiwa yang terjadi dengan
sangat cepat menuju puncak prtarungan dua kubu yang tidak bisa diduga kapan
akan pecah. Pada bulan Mei 1966, “kelompok Lima” menganjurkan agar berhati-hati
jika hendak mengadakan perubahan budaya, namun MZD tidak mempedulikan
peringatan itu, bahkan sebaliknya, dia mulai menyerang instansi-instansi
kebudayaan. Walikota Peng Zhen diberhentikan, beberapa tokoh kementeraian
kebudayaan dipindah, penulis-penulis termasuk Wu Han diserang habis-habisan (Wu
Han meninggal tahun 1969 setelah disiksa) Prontes dilancarkan di banyak PT
setelah seorang gurubesar perempuan Nie Yuanzi, seorang prof dalam filsafat
yang radikal komunis dengan huruf-huruf besar di dinding kampus Beida menyerang
pengelolaan universitasnya. Upaya untuk meredakan protes-protes tsb oleh DXP,
LSQ dll tidak berhasil karena makin banyak dosen dan mahasiswa radikal balik
menyerang anggota-anggota PKT. Kekacauan merembet dengan sangat cepat ke
SMA-SMA di Beijing dan para pelajar diberi ban lengan merah oleh kelompok
radikal WG dan menyatakan mereka sebagai “Pengawal Merah” (Hong Weibing –
HWB), yaitu pelopor pemberontak yang revolusioner. HWB inilah yang kemudian
di (salah)gunakan oleh MZD untuk melancarkan WG untuk menghancurkan lawan-lawan
politiknya.
WG
meledak dan Perkembangan selanjutnya.
Setelah perdebatan yang sengit mengenai kegagalan DYJ di antara para pemimpin
PKT, MZD menghadpi masalah apakah Tiongkok harus segera (secara revolusioner)
diubah menjadi bentuk masyarakat komunis yang murni atau lebih cocok jika
dilakukan secara evolusioner dan lebih lembut. Tahun-tahun sebelumnya yaitu
1962-1966 merupakan pelaksanaan perubahan secara tidak tergesa-gesa di bawah
pengaruh LSQ dan pengikutnya. MZD menganggap bahwa kebijakan itu sebagai
kebijakan “menyelusuri jalan kapitalis” (cong ziben zhuyi daolu) yang
akan memunculkan kembali kelas masyarakat (chengfen) yang lama seperti
tuan tanah, shenshi, petani kaya dan semacamnya. Mereka
(kelas-kelas masyarakat) itu pada hakikatnya bersifat kontra revolusioner.
MZD menentang sikap yang menyebabkan PKT kehilangan daya tarik (charisma) dan
gairah revolusi karena sekedar melakukan pekerjaan rutin partai sehari-hari.
Sikap tsb akan menggeser kekuatan dan kekuasaan para pejuan komunis yang
revolusioner seperti dia, kepada kaum birokrat, teknokrat dan professional.
Sekalipun prestise, kekuasaan dan charisma MZD sebagai pemimpin RRT telah
merosot karena kegagalan DYJ, dia merasa bahwa semuanyab itu belum hilang
samasekali. MZD menghendaki agar revolusi dilanjutkan hingga masyarakat dan
bangsa Tiongkok benar-benar diubah dan dibentuk menjadi masyarakat yang baru
samasekali. Sehingga tidak bisa dikembalikan menjadi masyarakat dan bangsa
seperti sebelumnya. Suatu proses yang disadarinya memang belum selesai. Oleh
karena itu langkah yang diambil berikutnya oleh DYJ adalah melancarkan apa yang
kemudian dikenal sebagai RK/WG.
RK/WG menurut MZD pada dasarnya merupakan suatu gerakan atau kampanye untuk (1)
memberi semangat kembali (revitalisasi) masyarakat dengan revolusi menuju
masyarakat baru, semacam gerakan yang menyongsong tibanya masyarakat sosialis
yang dicita-citakan, (2) memurnikan,(3) membuat lebih bersemengat, (4)
memuliakan cita-cita revolusi, (5) mengembalikan gairah revolusi yang terganggu
oleh kekecewaan (MZD terutama) dan (6) dan yang terpenting, untuk merebut
kembali kekuasaan dan kepemimpinan (Partai) yang diambil kelompok LSQ. Yang
memimpin prakarsa melancarkan WG/RK adalah MZD sendiri. Alasannya adalah bahwa
MZD dalam 10 tahun terakhir (1956-1966) melihat perjuangan politik yang sangat
menjengkelkan (karena dia ada di pihak yang kalah dan terdesak), yang dianggap
bisa merusak masyarakat. RK/WG merupakan suatu gerakan raksasa yang melibatkan
sekitar 100 juta penduduk, terutama yang masih muda-muda/remaja.
MZD telah bersikap dan bertindak seperti seorang kaisar (despot) dari jaman
dinasti-dinasti di Tiongkok, yang kekuasaannya tidak terbatas dan tidak
terbantah (dictator). Mula-mula kebenciannya terhadap sikap birokratis aparat
pemerintahan, negara dan partai (dalam diri tokoh-tokoh seperti LSQ, DXP, Chen
Yun dll) yang ada di kota-kota besar menunjukkan keyakinannya bahwa rakyat
pedesaan seharusnya menjadi pihak yang diuntungkan (MZD sendiri merasa berasal
dari desa) oleh revolusi di negaranya. Pengalaman hidup bertahun-tahun di
pedesaan menyebabkan dia sadar akan rintangan yang dihadapi kaum petani. Namun
cita-cita untuk memakmurkan dan membebaskan rakyat pedesaan dari
penderitaannya, begitu MZD berkuasa, harus mengalah kepada kebutuhan
menggunakan kaum birokrat (yaitu pejabat pem’takan) untuk membangun negera di
bawah pimpinan dan pengendalian PKT.
Sementara upaya membangun negara dijalankan, MZD menjadi khawatir melihat
tumbuhnya lembaga-lembaga pemerintahan pusat, pejabat-pejabat dan kader-kader
PKT pada pelbagai tingkat yang tampaknya mengambil alih kedudukan kelompok elit
pusat maupun lokal dari jaman kekasairan dulu. MZD khawatir akan tumbuhnya
dominasi klas penguasa di desa-desa. Yg lebih membuat khawatir MZD pada tahun
1960-an adalah celaan dan kecaman pedas oleh pimpinan PKT yang sudah mapan thd
kebijakan serta tindakan MZD, yang dilakukan terus-menerus dan merluas ke
mana-mana, terutama terhadap apa yang telah dicapai atau dilakukan olerh MZD.
Walaupun sisa-sisa cendekiawan telah disingkirkan dengan tuduhan menjadi “kaum
kanan” pada tahun 1957, tempat mereka sekarang diganti oleh generasi yang lebih
muda yang menjadi editor media masa, penulis, wartawan, dan cendekiawan yang
baru pada umumnya. Generasi ini sebenarnya adalah pewaris juga dari tradisi
kaum cendekiawan yang lama. Pada tahun 1960-an sekelompok cendekiawan yang
berbakat yang mewakili anggota PKT yang sudah mapan, melancarkan kecaman
terhadap kesalahan-lahan dari DYJ dan kebijakan pengarahan masa (mobilisasi
masa) yang sering kali dilakukan oleh MZD. Malah ada pula yang mengecam lebih
pedas lagi terhadap pernyataan MZD yang harus dipatuhi semua orang pada tahun
1962, yaitu bahwa seluruh kesusasteraan harus mengabdi kepada revolusi secara
langsung. Kecaman-kecaman itu bterutama sekali dilancarkan dari Beijing oleh
Peng Zhen.
Peran
-Pengawal Merah-Hong Wei Bing (HWB)
MZD
merasa bahwa PKT dan orang-orang di dalam pemerintahan tidak bisa diandalkan
lagi karena kebanyakan sudah dikuasai olh LSQ dan pengikutnya. Oleh karena itu
MZD mencari kelompok yang (a) belum dikuasai LSQ, (b) yang tidak takut
kehilangan apapun dan (c) mudah dikendalikan karena masih muda-muda. Mereka
adalah kelompok remaja, anak-anak muda yang belum/tidak berpengalaman, (b)
tidak/belum tahu banyak soal politik, (c) tidak punya kepentingan (interest),
dan (d) mudak dibakar semangatnya.
Seperti halnya di pedesaan, MZD di perkotaan juga menggunakan strategi
“pengerahan massa” (yang sangat disukainya). Namun penerahan massa di perkotaan
terutama sekali terdiri dari pelajar-pelajar yang masih muda, bhkan banyak yang
masih remaja. Oleh karena itu pengerahan massa untuk Rev. Kebudayaan-RK-/-Wenhua
Geming-WG yang dimulai di Beijing berlainan dengan yang terdiri dari
petani pada masa kolektivisasi pertanian pada masa 1950-an atau pada masa DYJ
1058-1960. Pada awalnya RK tidak terlalu mempengaruhi kehidupan para petani,
kecuali Komune Rakyat yang dekat kota.
Sebagai gerakan yang pada dasarnya merupakan gerakan di perkotaan, WG
menggunakan HWB dari pertengahan 1966 hingga dibubarkan pada pertengahan 1968.
Bayak pejabat yang menyalah-gunakan HWB untuk memperoleh kekuasaan atau untuk
menghindari pengrusakan yang dilakukan oleh HWB. Misalnya di DShanxi, wakil
gubernurlah yang ikut serta dg HWB mengusir para pemimpin PKT lokal. Di
Shandong sekretaris dua PKT tingkat kotapraja Tianjin bekerjasama dg seorang
anggota KOmite partai buruh membentuk “Komite Rev.ner” prov. Shandong
sebelum mereka dijadikan sasaran HWB. Di Guizhou Wakil Ketua Komisaris POlitik
Provinsilah yang bersekutu dengan HWB.
Tidak lama setelah HWB terbentuk, terdapat bermacam-macam klik
HWB yang dalam waktu singkat bentrok satu mrelawan yang lain. Kesemrawutan tsb
disebabkan antara lain karena para pelajar dan remaja berasal dari dua sistem
pendidikan yang berbeda sejak tahun 1950-an. Yang pertama (1) terdiri dari
pelajar yang berasal dari keluarga kaum cendekiawan yang lebih terpelajar,
lingkungan, suasana dan pendidikan di rumah mereka jauh lebih baik dari pada
(2) mereka yang berasal dari keluarga yang tidak terpelajar sehingga prestasi
akademik anak-anak kelompok pertama juga lebih bagus dan mereka lebih mudah
diterima masuk Perfuruan Tinggi. Tang (2) adalah anak-anak yang berasal dari
keluarga penguasa, anggota PKT, pejabat, kader PKT yang kelas sosial nya
termasuk yang rev.ner seperti petani dan buruh ( atau proletar) dan
sejenisnya. Anak-anak dari kelompok kedua (2) merupakan generasi yang sedang
meningkat statusnya dan akan mudah untuk menjadi pejabat pemerintahan atau
Partai kelak setelah lulus SMA, namun prestasi akademiknya sangat buruk atau
kurang sekali dibandingkan anak-anak dari kaum cendekiawan (krelompok 1),
tetapi kelas sosialnya rendah. Perbedaan kelas sosial itulah yang terutama
sekali memicu persaingan dan perkelahian diantara kedua kelompok HWB sendiri.
MZD membakar semangat HWB dengan slogan-slogan seperti “Gempur Markas Besar
PKT”, “Belajarlah berevolusi dengan jalan membuat revolusi sendiri”. Tenyata
Pembebasan Rakyat dan kelompok-kelompok HWB mengorganisir 10 juta anak-anak
muda dari seluruh pelosok negara, mengangkut mereka dengan kereta api ke
Beijing dalam 6 gelombang antara 18 Agustus hingga 26 Bovember 1966, dan
menempatkan mereka di rumah-rumah keluarga di Beijing. Sepanjang perjalanan
mereka melambai-lambaikan buku merah kecil yang berisi kutipan “kata-kata
mutiara MZD” untuk mengindoktrinasi para prajurit TPR,
Para pemimpin HWB di desa-desa mengobrak-abrik rumah orang tua sendiri (yang
ditingali mereka juga) dan mengecam kebiasaan orangtua mereka, untuk memamerkan
kepada sesama HWB, kesetiaan dirinya pada tujuan WG. Mereka mengeluarkan altar
leluhur yang dianggap suci oleh keluarganya. HWB itu memberi contoh kepada HWB
yang lain untuk mengikuti teladannya menghancurkan benda-benda yang digunakan
untuk bahwa mereka sedang berevolusi untuk mnyerang “Empat yang Lama”
(ideologi, kebiasaan atau tradisi, kebudayaan, aturan atau sopan santun yang
lama”upacara keagamaan keluarganya. Tindakan HWB semacam itu menunjukkan (1)
kedongkolan mereka kepada orang tua, (2) kemandirian mereka dari nilai-nilai
dan tugas keluarga, (3) bahwa WG lebih penting daripada ikatan keluarga.
Apapun maksud MZD mengerahkan anak-anak muda itu, pada akhirnya menunjukkan
bahwa HWB itu hanya bisa merusak, menimbulkan ketakutan, menghancurkan rumah
orang yang dianggap kaya, kaum cendekiawan, rumah pejabat pemerintah atau PKT
Buku-buku yang dianggap berisi tentang kebudayaan kuno atau Barat disobek-sobek
dan dibakar, orangtua sendiri dihina dan dipukuli bahkan ada yang dibunuh.
Mereka meneriakkan slogan-slogan bahwa mereka sedang berevolusi untuk menyerang
“Empat yang lama/kuno” yaitu “ideologi, kebiasaan, kebudayaan, aturan atau
sopan santun” Jelaslah bahwa para anggota HWB itu tidak mengerti apa yang
disebut “Empat yang lama” itu tetapi asal merusak atau menghancurkan saja.
Para pelajar dan pemuda, laki-laki dan perempuan yang berumur antara 9 dan 18
tahun, menjelajahi dan mondar-mandir di jalan-jalan, memakai ban merah di
lengannya, menyerang orang-orang yang dianggap memiliki barang-barang atau
gagasan dari luar negeri atau berbau intelektualisme (yang juga tidak mereka
mengerti makna sesungguhnya).
Pada
akhir 1966 kelompok/atau Komite pusat WG (Beijing) menyuruh HWB meningkatkan
pengrusakan mereka dengan sasaran yang berlatar belakang borjuis/kapitalis dan
pejabat-pejabat PKT dan pemerintahan dan menarik mereka keluar dari kantor atau
rumahnya untuk diinterogasi dan dihukum di tempat itu juga.
Akhirnya
tindakan HWB mencapai puncaknya dengan mengincar LSQ yang masih menjabat
sebagai presiden RRT dan Deng Xiao Ping Sekertaris jendral PKT, kedua-duanya
dianggap musuh negara nomor satu dan dianggap bahwa mereka telah “menyelusuri
jalan kapitalisme”. Mereka berdua bersama ribuan tokoh yang dianggap termasuk
kategori yang sama, dimaki-maki dan dihina di depan umum.
Dengan mengerahkan HWB untuk menyerang orang-orang yang sudah mapan di
pemerintahan atau PKT, MZD dan pengikut-pengikutnya mengharap bisa menimbulkan
kekacauan di mana-mana yang akhirnya bisa “menguntungkan revolusi” Namun
dihadapkan pada HWB yang ambur-adul organisasi dan tindakannya itu, mak para
pemimpin PKT (yang anti MZD) yang diserang oleh HWB lalu menciptakan HWB
tandingan untuk menghadapi HWB ciptaan MZD, api dibalas dengan api.
Menurut MZD, PKT masih kokoh, tidak mudah dirobohkan, dan dia masih memegang
tampuk pimpinan tertinggi di dalam PKT. Oleh karena itu dia memutuskan untuk
menghancurkan PKT (yang didominasi LSQ) oleh MZD sendiri (agar kemudian bisa
membangun lagi menurut keinginannya. Pada bulan Januari 1967 MZD mengeluarkan
perintah kepada HWB dan pendukung WG untuk menyerang markas besar PKT, baik
yang di pusat maupun di daerah di seluruh negara. Para pejabat PKT diusir kelur
dari kantornya, surat dan dokumen disobek-sobek dan kantornya diduduki oleh
anak-anak muda yang tidak punya pengalaman apapun dalam pemerintahan dan tidak
tahu politik. Tidak lama kemudian anak-anak muda itu pun terpecah-pecah menjadi
kelompok-kelompok yang saling berkelahi. Selama pertempuran yang kacau balau
itu TPR hanya menonton saja. Namun pada bulan januari itu juga MZD minta TPR
membantu HWB melawan apa yang oleh MZD disebut “kontra revolusioner”. Situasi
semakin tidak terkendali, dan TPR adalah satu-satunya organisasi yang masih
utuh dan bisa diandalkan. Walaupun mula-mula pasukan daerah saja yang ikut
memikirkan WG karena mereka telah begitu terlibat dengan PKT di tingkat daerah,
maka sulit bagi TPR untuk melibatkan diri pada Komite WG yang diharapkan bisa
membentuk pemerintahan daerah baru. Pasukan TPR di daerah itu terlalu lemah
untuk bisa diandalkan sehingga mereka tidak bisa mengendalikan situasi yang
sudah kacau balau itu.
Melihat situasi tsb, kelompok WG pusat (di Beijing) berusaha menangkap para
perwira TPR propinsi yang tetap membandel melawan perintah dari pusat. Akhirnya
Beijing terpaksa mengirim [pasukan khusus untuk mengendalikan situasi yang
kacau balau di daerah. TPR terpecah belah, dan HWB juga terpecah belah.
Akhirnya MZD memerintahkan agar TPR tidak memihak. Jika situasi sudah tidak
bisa dikendalikan maka negara akan kehilangan satu-satunya organisasi yang
masih utuh dan bisa diandalkan. Akhirnya MZD membubarkan HWB karena tekanan
dari banyak pihak dan karena HWB telah dianggap gagal, lalu TPR diperintah
untuk mengambil alih komite-komite revolusioner di semua provinsi. HWB dikirim
langsung ke desa-desa hingga status sosialnya jatuh ke tingkat kekuasaan yang
paling terendah atau tidk punya kekuasaan apa-apa lagi.
Pembubaran
HWB mengurangi tekanan terhadap militer dan bisa mendominsi semua Komite
revolusioner.
Pada
tahap ke-4 WG dari Juli 1968-April 1969 MZD membenahi lagi pemerintahan,
akibatnya 2/5 jabatan negara dipegang militer, 2/5 dipegang orang-orang baru
dan lama dari PKT dan pejabat pemerintah, sedang 1/5 dipegang oleh tokoh-tokoh
ormas.
Tahap
terakhir (5) puncak gerakan WG dicapai pada kongres PKT bulan April 1969, LB
menyampaikan laporan politiknya, UUD yang baru biumumkan menggantikan UUD tahun
1956, UUD ini menekankan perlunya ajaran-ajaran MZD, dan “perjuangan kelas”.
Keanggotaan PKT terbatas untuk orang-orang tertentu saja. UUD baru lebih
singkat tapi organisasi PKT menjadi tidak begitu jelas. LB sebagai wakil ketua
(negara) secara resmi disebut “teman seperjuangan dekat” dan pengganti MZD.
Pada
sidang paripurna Majelis Rakyat Nasional PKT, Lin Biao diangkat secara resmi
sebgai calon pengganti MZD. Pada tahun itu juga TPR terlibat dalam perang
melawan Uni Sovy di perbatasan RRT-Uni Sov. LB disanjung-sanjung sebagai
pahlawan dg menciptakan musuh yaitu Uni Sov. Dan TPR dianggap penyelamat
negara.
Jatuhnya LB
Namun
sekonyong-konyong masyarakat (terutama penduduk di pedesaan terkejut ketika LB
dikabarkan telah mengkhianati MZD dan kemudian meninggal karena “kecelakaan
pesawat terbang” di perbatasan menuju Uni Soviet). Penduduk pedesaan tidak tahu
perubahan pendirian MZD terhadap LB yang dianggap sebagai pengkhianat itu. MZD
menganggap bahwa TPR telah berindak sangat sombong dan ceroboh ketika menangkapi
dan menginterogasi anggota-anggota PKT.
Pada
bulan Maret 1970 MZD menghapus jabatan presiden RRT dari rancangan perubahan
UUD RRT yang baru lagi. Jabatan ini dibiarkan kosong setelah LSQ ditangkap. Ini
berarti bahwa LB tidak bisa menduduki jabatan itu, tetapi juga berarti bahwa LB
masih ada di bawah ZEL sebagai PM dalam urutan kepemimpinan negara.
Pada
bulan Agustus 1970 MZD mengeluarkan instruksiu baru tentang pembangunan kembali
PKT dengan menghapus kriteria tentang apa “yang disebut “semangat revolusioner”
dan “kemurnian ideologi” yang dulu digembar-gemborkan LB serta TPRnya sejak
1960-an. Selama tahun 1971 MZD membersihkan TPR dari pendukung LB di kalangan
perwira tinggi. Lalu MZD mengadakan inspeksi ke daerah-daerah utk melihat
apakah Tentara Pembebasan Rakyat (TPR) sudah dibersihkan dari pendukung LB dan
bahwa pangdam-pangdam setia kepada MZD. Menurut dokumen yang ditrbitkan oleh
PKT, LB yang sudah putus asa itu merasa tidk bisa menggantikan MZD lalu mencari
dukungan teman-teman terdekatnya untuk membunuh MZD. Karena usahanya gagal, dia
lalu panik dan melarikan diri dg anak dan istrinya naik pesawat terbang menuju
Uni Soviet. Dokumen itu selanjutnya mengatakan bahwa pesawat itu kehabisan
bahan bakar dan tidak ada navigatornya maupun operator radio. Pesawat itu jatuh
di Mongolia pada tanggal 13 Sept. 1971 dan semua penumpang dan awak pesawat
meninggal. Dokumen itu memang tidak bisa dibuktikan (diverifikasi)
kebenarannya, karena foto-foto yang disiarkan kemudian diragukan keasliannya.
Karier politik dan kehidupan LB sudah berakhir.
Pada
tahun 1972 Zhou Enlau –(ZhEL) mengumumkan bahwa Lin Biao (LB) adalah
pengkhianat negara. Jadi tidaklah mengherankan jika rakyat terkejut sekali
mendengar tentang kematian LB dan tuduhannya sebagai pengkhianat negara. Rakyat
banyak yang bingung karena dulu ketika LSQ yang diangkat oleh MZD menjadi
presiden sekonyong-konyong dikutuk, lalu ditangkap dan akhirnya meninggal di
dalam tahanan rumah. Pada waktu itu rakyat masih bisa menerima bahkan mendukung
kutukan thd LSQ, tetapi sekarang terjadi lagi pada pemimpin yang juga sudah
disanjung-sanjung dan dicalonkan sebagai pengganti MZD tetapi sekonyong-konyong
dikutuk sebagai pengkhianat. Rakyat menyadari bahwa para pemimpin di
pemerintahan pusat dan PKT (termasuk MZD) bisa berubah-ubah sikapnya dengan
mudah dan cepat. Kita jadi tidak percaya lagi pada sistem pemerintahan dan
pemimpin-pemimpin negeri ini. Dulu, DYJ walaupun merupakan gerakan yang sangat
ambisius, memaksa orang banyak bekerja keras tapi akhirnya minta korban berjuta-juta
manusia masih dianggap berguna secara ekonomis dan sosial. Namun WG menunjukkan
bahwa baik MZD maupun PKT tidak tahu ke mana negara ini akan dibawa, alias
merupakan gerakan yang ambur-adul dan juga makan berjuta-juta jiwa penduduk
serta menurunkan moral rakyat banyak.
Akhir
WG
Sudah banyak sekali berita yang tersiar mengenai kesewenang-wenangan dan
kekejaman HWB yng diciptakan oleh MZD Para orang rua sendiri dicaci-maki,
disiksa dipermalukan di depan umum bahkan ada yang dibunuh atau bunuh diri
karena tidak tahan penderitaan yang disebabkan anak-anak muda HWB yang dibakar
semangatnya oleh MZD.
Sementara itu hidup di kota masih lebih mewah atau enak dari pada di desa. Di
desa penduduk mengumpulkan kotorannya sendiri (tinja) untuk dijadikan pupuk di
sawah ladang. Ketka HWB dibubarkan dan mereka dpindahkan ke desa-desa (xiafang),
HWB itu juga harus membersihkan kakus dan mengumpulkan tinja untuk pupuk para
petani. Mereka (HWB) harus bekerja di desa sebagai orang desa, jauh dari
keramaian dan kesenangan hidup di kota, Mereka menjadi penduduk yang statusnya
lebih rendah dari pada orang kota yang dulu menjadi tempat tinggal mereka.
Namun pekerjaan dan status semacam itu masih lebih bagus daripada apa yang
mereka (HWB) lakukan (penghinaan atau siksaan) pada masa WG terhadap para
orangrua mereka sendiri.
WG yang
diprakarsai, dimulai dan dilancarkan oleh MZD telah menghancurkan mental, fisik
dan jiwa jutaan rakyat Tiongkok sendiri yang tidak bersalah. WG bukan lagi
merupakan gerakan yang ingin mengubah manusia dan kebudayaannya menjadi lebih
baik (sosialis atau komunis), tetapi sudah jadi gerakana untuk menyiksia,
menghina, dan membunuh orang tua sendiri, atau pejabat PKT atau pemerintah, dan
mengakibatkan perkelahian di antara anak-anak muda sendiri sehingga minta
korban yang jumlahnya tidak masuk akal sehat lagi.
Pasca
WG
Menjelang berakhirnya WG pada tahun 1970-an, kaum radikal (komunis) dari
Shanghai yang dipimpin oleh Jiang Qing –JQ- dan “Komplotan Empat–(kompl
Emp- sirenbang” masih menguasai media massa dan media kebudayaan,
Sekalipun secara terselubung didukung oleh kubu MZD, Klomp Emp- tidak bisa
mengusai administrasi pemerintahan dan ekonomi negara lagi.
Administrasi pemerintahan yang sedang bersemangat memperbaiki ekonomi negara
secara hati-hati dikendalikan oleh ZhEL walaupun MZD masih merupakan pemimpin
no 1 di RRT. Ketika ZhEL mengetahui bahwa dia sakit kanker setelah tahun 1973,
dia mempersiapkan DXP untuk menjadi penggantinya (sebagai Perdana Menteri)
Sekalipun DXP merupakan salah satu sasaran WG yang ikut disingkirkan para
pendukung WG seperti QJ dan pengikut-pengikutnya, DXP masih memiliki
banyak guanxi (koneksi) dengan panglima-panglima militer.
Lagipula DXP adalah seorang politikus yang cemerlang, dinamik dan sangat
berpengalaman sehingga lawan-lawan politiknya tidak bisa mudah menyingkirkan
DXP begitu saja seperti yang terjadi dengan LSQ.
Beberapa saat sebelum sidang paripurna ke-empat Majelis Rakyat Nasional (MRN)
jl Januari 1975, DXP diangkat dengan resmi mula-mula seabagai Wakil Ketua PKT
dan Anggaota Panitia Tetap Tap BiroPol Komite Pusat PKT . Kemudian MRN juga
mengangkat DXP sebagai Wakil Perdana Menteri, yaitu menjadi pemimpin RRT No. 3
dalam urutan Kekuasaan RRT sesudah MZD dan ZhEL. Dalam pidato terakhirnya, ZhEL
mengemukakan gagasan tentang “Empat Modernisasi (Sige xiandaihua – SgXDhua),
yaitu moderrnisasi dalam bidang pertanian, industri, Pertahanan (guofang),
dan IPTEK. (kexue jishu). Tidak lama kemudian ZEL meninggal pada bulan
Jan 1976. SRB pimpinan QJ yang sangat membenci ZhEL, melarang semua perasaan
dukacita untuk ZEL, tetapi ketika perayaan Qingming pada tanggal 5 April tiba,
“Kelomp emp”-SRB tidk bisa mencegah ratusan ribu orang berkumpul di sekitar
Tugu Peringatan Pahlawan di lapangan Tian An Men (TAM) untuk menyatakan hormat
penduduk kepada ZEL. Hari itu menjadi Hari Peringatan Gerakan 5 April 1976
(GLA) –Siwu Yundong yang disetarakan denga Gerakan 4 Mei (GAM) 1919 – Wusi
Undong. GLA 1976 yang diprakarsai dan dan diselenggarakan oleh kelompok yang
menentang SRB merupakan pernyataan kekecewaan yang tersebar di kalangan rakyat
biasa. Demo itu ditindas oleh penguasa dengan cara-cara seperti ketika WG masih
berlangsung dan sekali lagi DXP disingkirkan. Namun SRB tidak bisa mencegah
bencana alam hebat yang disebabkan oleh gempa bumi Tanshan di sebelah Timur
Beijing pada bulan Juli 1976 yang menelan korban jiwa ½ juta orang. Gempa
tersebut juga memaksa orang-orang menyingkir ke jalan-jalan raya dan malah
disusul oleh meninggalnya MZD pada tanggal 9 Sept. 1976. Dia sempat mewariskan
kepemimpinan RRT kepada Hua Guo Feng (HGF), mantan Kepala Bagian Keamanan prov.
Hunan (tanah air MZD). Tidak lama setelah MZD meninggal HGF yang membenci dan
memusuhi SRB serta kebijakan-kebijakannya, segera menangkap dan mengadili
keempat orang yang tergabung dalam komplotan itu (termasuk QJ) pada bulan
Oktober 1976. Melalui jalan yang berliku-liku dan dukungan serta desakan banyak
panglima daerah militer, HGF merehabilitasi DXP dan mengangkatnya kembali
(untuk kedua kalinya) ke dalam pemerintahan pada akhir 1978.
Sementara itu di pedesaan, orang-orang yang dianggap termasuk “empat unsur
busuk” yaitu “(1) tuan tanah, (Petani Kaya, (3) kaum kontra revolusioner), dan
(4) “unsur buruk lainnya (tidak jelas yang imaksud siapa) harus hidup dalam
ketakutan dan ketidak-adilan terus-menerus. Penduduk yang dulu “dibuang” ke
pedesaan dari kota,seperti HWB, tidak bisa pindah kembali ke kota meskipun
mereka pada asalnya adalah penduduk perkotaan yang karena dilancarkannya
gerakan xiafang dan karena macam-macam alasan, dipaksa menjadi
penduduk tetap pedesaan untuk selama-lamanya. Padahal penduduk pedsaan
statusnya tidak terhormat, inferior, dianggap tidak tahu sopan-santun
(kampungan) dan harus dihindari. Sekitar 14 juta pemuda mantan HWB yang terkena
gerakan xiafang beberapa tahun sebelumnya termasuk mereka yang
tidak boleh kembali ke kota dan dianggap sebagai penduduk tetap pedesaana untuk
selama-lamanya.
Hidup di pedesaan sangat sulit karena kolektivisasi pertanian tidak berhasil
meningkatkan ekonomi pedesaan gara-gara ulah dan perilaku kelompok kader PKT
pedesaan yang korup dan sok berkuasa tetapi sebenarmya goblok dan tidak tahu
apapun tentang pengelolaan pertanian.
Pada tahun 1960-an kultus individu terhadap MZD telah menggantikan pemujaan
terhadap para dewa setempat dan dewa-dewa dalam agama tradisional Tiongkok (shenisme)
terutama di antara penuduk pedesaan. Selain penggantian kultus individu
terhadap MZD, kekacauan dan kerusuhan pada pertengahan 1960-an sampai
pertengahan 1970an serta pemecatan LB, semuanya itu telah menjatuhkan wibawa
dan citra MZD
Tetapi pada pihak lain peningkatan kesehatan masyarakat dan revolusi pertanian
yang sangat berhasil telah menyebabkan ledakan penduduk RRT menjadi dua kali
lipat. Bidang lain yang juga berhasil adalah bidang pendidikan dasar,
pembangunan jalan-jalan dan sarana komunikasi melalui media masa dan radio,
tetapi nilai-nilai feodal dan korupsi masih merajalela di dalam masyarakat
Tiongkok
RRT
mulai “membuka diri dan menjalin hubungan dengan negara-negara Barat.
Pada akhir tahun 1960-an RRT mulai melancarkan kebijakan “Pintu Terbuka” dengan
mendekati negara-negara lain untuk mempeoleh kursi di PBB dan tentu saja juga
kursi di Dewan Keamanan-nya yang masih dipegang oleh Taiwan sejak 1949. Dengan
dukungan beberapa negara non-blok, usul itu diajukan setiap tahun tetapi selalu
diveto oleh AS. Pada tahun 1971 AS akhirnya menganggap bahwa veto AS di
sidang-sidang PBB itu tidak ada gunanya sehingga akhirnya AS membiarkan usul
itu iterima oleh PBB.
Sebelumnya, hubungan AS –RRT dibekukan selama bertahun-tahun, tetapi pada tahun
1970 MZD mulai khawatir terhadap sikap Uni Soviet. Akhir-akhir ini Uni Soviet
menambah pasukan dan persenjataannya di perbatasan RRT-Uni Sov. MZD juga
jengkel terhadap sikap LB yang sangat ambitious menggantikan MZD.
Diam-diam MZD dan pemimpin-pemimpin RRT lainnya mulai mempertimbangkan untuk
membuka kembali hubungan RRT dengan AS. Kementrian Pertambangan minyak juga
mulai mendekati negara-negara Barat untuk mendapat teknologi modern. Para
menteri di kabinet yang terdiri dari para pakar dan perencana ekonomi negara,
dulu dikecam habis-habisan oleh MZD dan pengikut-pengikutnya, dan harus
menjalani indoktrinasi berbulan-bulan di Sekolah Kader “7 Mei”,
sekarang tetapi sekarang, mengingat bahwa pertambangan
minyak merupakan satu-satunya sektor yang sangat vital untuk perkembangan
ekonomi negara, maka apa yang disebut “kelompok Minyak Bumi” yang dulu sangat
dibenci oleh MZD, sekarang kembali dirangkul para pemimpin negara/PKT. Mereka
menyadari bahwa apabila RRT mau terus menambah produksi minyak bumi dengan
kecepatan dan volume yang diinginkan para pemimpin, maka RRT harus juga
melakukan eksplorasi dan eksploitasi minyak di lepas pantai. Untuk itu RRT
tidak memiliki sumber daya dan manusia (terutama pakar) maupun teknologinya.
Pakar minyak asing dalam hal ini menjadi sangat penting dan tidak bisa
diabaikan. Dalam hal itu AS merupakan pelopornya.
Oleh karena itu pada bulan Juli 1970, di pertemuan delegasi RRT dan AS di
Warsawa, yang ke 135 RRT tidak lagi memaki-maki Taiwan seperti yang selalu
dilakukan selama ini, tetapi menyebut-nyebut bahwa RRT ingin meneruskan
perundingan pada tingkat tinggi melalui saluran lain yang disepakati kedua
pihak. Pada waktu yang sama wakil delegai AS menyatakan bahwa AS bersedia
mempertimbangkan untuk mengirim wakilnya ke Beijing untuk mengadakan
perundingan langsung denagn pejabat-pejabat di Bejing. Lalu kebijakan Presiden
Nixon yang menarik mundur sejumlah besar pasukannya di Vietnam pada tahun 1970
juga dianggap sebagai isyarat yang sangat menentukan. Pada ulang tahun RRT yang
ke XXI, MZD pada tanggal 1 Okt. 1970 mengundang Edgar Snow (penulis buku Red
Star over China) seorang wartawan senior AS dan teman baik MZD sejak jaman
perang gerilya tahun 1930-an. Sayang sekali para pemimpin AS tidak menyadari
bahwa kehadiran Edgar Snow di ulang tahun RRT di Beijing itu merupakan
“isyarat” yang jelas dan sangat penting. Baru pada bulan Desember 1970, ketika
isyarat itu muncul lebih langsung dan berulang-ulang, dengan pesan yang
dikirimkan melalui pemerintah Pakistan kepada penasihat keamanan presien Nixon,
yaitu Henry Kissinger, AS menanggapinya dengan sungguh-sungguh. Setelah
dilakukan lobbying di belakang layar antara wakil-wakil kedua negra, maka pada
bulan April 1970, RRT tiba-tiba mengundang tim ping-pong AS yng sedang
bertanding di Jepang, untuk singgah dan bermain di RRT sebagai semacam misi
“Niat Baik” (Goodwill mission”. Tanda itu sangat jelas bahkan
terang-terangan, suatu kesempatan yang baik sekali dan sayang jika diabaikan.
Dalam beberapa hari AS menerima “delegasi AS untuk diplomasi ping-pong” ini.
Setelah itu wakil-wakil DPR AS, pejabat-pejabat Kementerian Luar Negeri bahkan
Menteri Luar Negeri AS sendiri mengunjungi RRT pada bulan Juli 1971 menemui
perdana Menteri ZhEL untuk merundingkan rincian kunjungan presiden Nixon dalam
waktu dekat. Sementara itu hubungan ekonomi dilakukan dengan membuka pintu yang
selama ini tertutup sejak perang Korea pecah pada tahun 1951. Hasil kunjungan
dan perundingan Kissinger berisi rencana kunjungan Nixon “sebelum bulan Mei
1972”. Nixon mengumumkan sendiri rencana kunjungan ke RRT kepada media masa (tv
dan radio). Walaupun hanya berupa berita kecil sekali, RRT juga mengumumkan
rencana kunjungan itu di Harian Rakyat (Renmin Ribao) di Beijing, harian
pemerintah yang terpenting.
Pada tanggal 21 Februari Nixon tiba di Beijing disambut Perdana Menteri ZhEL
dan beberapa pejabat tinggi lainnya. Sorenya Nixon bertemu dengan MZD. Pada
tanggal 28 Februari 1972 dekeluarkan komunike yang berbunyi antara lain bahwa
Taiwan termasuk salah satu provinsi RRT dan AS akan menarik mundur pasukannya.
AS menafsirkan isi komunike itu bahwa walaupun ada satu Tiongkok, AS tidak
menghendaki adanya ketegangan antara RRT dan Taiwan. AS akan menarik pasukannya
sedikit demi sedikit sejalan dengan membaiknya keadaan di kedua wilayah itu.
Komunike itu ditutup dengan pernyatan bahwa rakyat AS dan RRT ingin
meningkatkan hubungan dan tukar-menukar di bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan,
olah raga dan jurnalisme. Karena beberapa saat sebelumnya RRT sudah menerima
RRT menjadi anggota PBB, maka AS akan mengijinkan diplomat2 RRT tinggal di
wilayah AS yaitu New York, sedang tukar-menukar dutabesar akan dibicarakan
lebih lanjut karena sampai waktu itu Dutabesar Taiwan maih ada di Washington
DC. Kunjungan Nixon dan pembukaan hubungan kedua negara merupakan tonggak
sejarah yang sangat penting dalam hubungan internasional RRT.
Komentar
Posting Komentar
Mohon untuk tidak memasang Iklan
ADMIN