Langsung ke konten utama

Hari raya Imlek

Merupakan tahun baru menurut penanggalan Cina. Menjelang Imlek rumah orang Cina dibersihkan. Lantai dipel dan disikat, sedang dinding dikapur. Karena perayaan Imlek yang di daratan Cina bersamaan dengan musim semi, untuk mengingatkan perjalanan Zhao Jun atawa Dewa Dapur ke langit melapor pada Siang Tee tentang tindak tanduk orang-orang seisi rumah yang dicatat komplet sesuai perbuatannya. Sedangkan di klenteng semua 'orang suci' meninggalkan posisinya untuk melaporkan suka duka di rayon mereka kepada Thi Kong. Sebagai perpisahan kepada 'orang suci' ini disiapkan sajian yang melimpah dan lezat-lezat. Tentu saja kemudian hidangan ini dimakan oleh keluarga yang menghidangkannya.
Bagi orang Cina, pada tahun baru Imlek diharapkan hujan turun selebat mungkin yang diumpamakan sebagai rezeki turun dari langit, di samping dimaksudkan untuk membersihkan keburukan-keburukan yang lalu. Ada semaeam pantangan yang harus dipegang teguh, di hari H Imlek, rumah tak boleh disapu. Dikhawatirkan bisa-bisa rezeki turut hilang. 'Rezeki' yang ditampung oleh rumah dan kebun yang baru dibersihkan dan disiram hujan, harus dibiarkan meresap. Imlek juga terasa kurang lengkap tanpa jeruk kuning yang melambangkan umur panjang. Di samping kue Cine (kue keranjang) tidak boleh ketinggalan kue apem - yang menjadi sumber pengharapan. Kue apem di bagian depannya diberi warna merah dan bagian dalamnya berisi kaeang ijo yang digerus.
Saat Imlek orang Cina akan pergi ke Liong Bouw (kuburan) atawa ke perabuan. Sampai awal 1960-an, di Jakarta banyak sekali terdapat kuburan Tionghoa yang disebut 'sentiong'. Sampai tahun 1950-an, Imlek terasa kurang afdol bila tidak disertai tanjidor, rombongan pemusik 5-8 orang, ngamen dari rumah ke rumah selama 15 hari, sampai hari Cap Go Meh (malam ke-15 tahun baru Imlek). Cap Go Meh merupakan pesta penutup dari perayaan Imlek yang dirayakan dengan penuh kegembiraan. Pesta semalam suntuk mulai dari malam pertama di Glodok, menyusul Senen, Tanah Abang, Palmerah, dan terakhir di Jatinegara, juga diikuti oleh warga Betawi. Banyak para tauw kee, babah, engko, dan pemilik toko, yang ngibing meliuk-liukkanbadannya diiringi orkes Gambang Kromong. Ngibing dengan para wanita penghibur yang saat menerima saweran diselipkan di BH-nya. Sementara barongsai yang panjangnya sampai ratusan meter berlompatan di tengah-tengah penonton yang memagarinya.

Komentar