Langsung ke konten utama

Alasan investor tiongkok enggan berinvestasi di indonesia


TEMPO.CO, Jakarta - Kunjungan Presiden Joko Widodo dan rombongannya ke Cina pekan lalu ternyata membuahkan hasil luar biasa. Sekitar 30 pengusaha menunjukkan minat berinvestasi di Tanah Air. "Nilainya mencapai US$ 63,4 miliar," kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani di kantornya pada Rabu, 1 April 2015.

Namun, berdasarkan data BPKM, meski proyeksi nilai investasi investor asal Cina cukup tinggi, realisasinya terbilang rendah. Data BKPM menyebutkan, selama 2005-2014, tercatat ada rencana investasi sebesar US$ 24,27 miliar. Namun realisasinya hanya 7 persen atau sekitar US$ 1,80 miliar. "Atau dari sepuluh pengusaha, hanya satu yang benar-benar berinvestasi," kata Franky.

Franky memaparkan tiga alasan yang menyebabkan rendahnya angka realisasi rencana investasi ini. Pertama, investor tak menemukan mitra yang tepat. Kedua, investor sulit mengakses informasi tentang Indonesia. Terakhir, proses perizinan di Indonesia rumit dan rentan terhadap penipuan.

BKPM menyayangkan hal ini karena angka proyeksi nilai investasi dari Cina selalu besar. Tahun ini, BKPM berencana mendongkrak realisasi investasi dari Negeri Panda. Selain menawarkan kemudahan mengurus izin lewat sistem pelayanan terpadu satu pintu, BKPM akan selalu mendampingi pengusaha yang berniat menanamkan modal di Tanah Air. "Kami berencana membuka kantor cabang di Beijing," kata Direktur Promosi Sektoral BKPM Ikmal Lukman. 

Sejauh ini, memang belum ada perwakilan badan modal Indonesia di Cina. Minat investasi Cina, kata Ikmal, cukup besar di sektor infrastruktur. Saat ini sudah ada tiga perusahaan yang menawarkan usaha di bidang pembangkit listrik. "Di bidang transportasi juga berminat," katanya. 

Komentar