Langsung ke konten utama

Perdagangan Global Zaman Kuno Didominasi Dinasti Song



KEBAJIKAN (De 德) -  Mengenakan pakaian etnis Han pada perangkat elektronik belum eksis dan berbicara dengan menggunakan irama klasik, tak disnagka orang-orang pada zaman itu dapat menciptakan sebuah negara imperium bisnis pertama di dunia. Sungguh suatu hal yang sulit dibayangkan.

Di dataran luas bagian tengah negeri Tiongkok, pada 1.000 tahun lalu, Di­nasti Song (960-1279) menciptakan keajaiban tersebut.

Peninggalan negara adidaya Dinasti Song itu meski men­galami perang agresi Dinasti Yuan (1271-1386), Dadu (Kota Beijing Dadu [Kota Beijing masa kini]) yang han­ya sempat menyerap sedikit kebudayaan Dinasti Song, ke­makmurannya telah membuat Marco Polo (pelancong global di abad pertengahan Eropa) yang berasal dari sebuah kota makmur di belahan dunia lain merasa sangat kagum, "Kota-kota di seluruh dunia tidak ada yang menandinginya."

Kemunculan Dinasti Song, baik kekuatan ekonomi maupun fenomena kebudayaannya, telah membuat silau seluruh dunia, sampai-sampai cendekiawan Jepang menye­butnya, "Benar-benar meru­pakan zaman kebangkitan seni budaya bangsa Timur."

Irama kehidupan orang-orang di zaman itu nampak lamban dan santai, padahal dengan kekuatan budaya dan politik yang terbuka, di bawah kebijakan nasional yang digariskan oleh Kaisar Zhao Kuangyin (927-976) dengan Prasasti 3 Larangan :

1. Melindungi anak-cucu marga Chai;

2. Tidak membunuh golongan pejabat dan cendekiawan;

3. Tidak memungut pajak berat di sektor pertanian.

Dengan demikian telah melapangkan jalan keterbukaan dan toleransi bagi seluruh masyarakat, telah menciptakan masa paling jaya yang mencapai 80% dari jumlah keseluruhan ekonomi dunia, bersamaan itu muncul Su­rat Hutang berjangka, Surat Kredit serta uang yang dice­tak pemerintah dalam jumlah besar melengkapi perkem­bangan perdagangan saat itu.
 
Dinasti song wanita

  

Ekonom Edward Prescott, pemenang Hadiah Nobel Ekonomi 2004, dalam suatu kesempatan berpidato mengatakan, "Saat Dinasti Song, Tiongkok sangat kaya-raya, satu kali lipat dari kekayaan rata-rata dunia."

Tingkat kekayaan pada waktu itu, bisa dilihat dari kaum petani yang mampu menggunakan sepatu terbuat dari sutra. Dinasti Song ber­beda dengan banyak dinasti lainnya yang menekan perda­gangan dan mengutamakan pertanian, pembatasannya terhadap pedagang relatif lebih longgar, tidak mengkha­watirkan pedagang kaya yang mampu memusuhi pemerin­tah, menjadi suatu ancaman bagi kekuasaan kaisar. Se­dangkan penerimaan pajak dari perdagangan jauh lebih tinggi daripada sektor pertanian.

Menurut data dari catatan sejarah, penerimaan pajak Dinasti Song Utara (tahun 1077) seluruhnya mencapai 70,70 juta Guan (貫 satuan mata uang Dinasti Song), diantaranya pajak dari sek­tor pertanian sebesar 21,62 juta (30%), sedangkan pa­jak dari sektor industri dan perdagangan sebesar 49,11 juta Guan (70%), pemasukan utama keuangan negara dari sektor industri dan perdagan­gan, bukan dari sektor perta­nian yang sudah merupakan tradisi. Dinasti Song mening­katkan penerimaan keuangan negara bukan melalui penam­bahan pemasukan dari sektor pertanian yang memberatkan para petani, melainkan me­lalui perkembangan dari sek­tor perdagangan ekonomi.

Pemasukan keuangan tertinggi Dinasti Song per­nah mencapai 160 juta Guan per tahun, walau dikemudian hari, Dinasti Song Selatan yang telah kehilangan sepa­ruh wilayah di daerah utara, namun pemasukan terting­ginya tetap bisa mancapai 100 juta Guan per tahun. Perekonomian Dinasti Song dapat melampaui catatan di berbagai sektor dari dinasti-dinasti sebelumnya, tidak hanya belum pernah terjadi pada Tiongkok zaman dahulu, juga tidak pernah terjadi lagi pada masa-masa selanjutnya, sehingga benar nomor satu terkaya didunia.

Banyak buku pelajaran sejarah di daratan Tiongkok sekarang ini, melalui banyak "sejarawan" yang diperalat PKT menganggap sejarah dan tradisi Tiongkok adalah "otokratis dan gelap", hal-hal negatif dalam sejarah sengaja dikaitkan dengan ketertu­tupan dan keterbelakangan budaya tradisional. Sesung­guhnya dengan Dinasti Song sebagai contoh, tidak hanya makmur ekonominya, budaya dan politiknya juga terbuka.

Dinasti Song yang eksis pada 1.000 tahun lalu, ber­dasarkan politik kenegaraan yang brilian, terbentuklah pe­nyampaian pandangan politik yang terbuka, ruangan ideologi yang bebas, sehingga di dalam keterbukaan masyara­kat secara keseluruhan, telah tercipta sangat banyak sistem yang sempurna. Misalnya hak kepemilikan sangat maju, per­aturan tentang kepemilikan tanah, negara tidak khusus mengeluarkan lagi ketetapan mengenai sistem pertanahan, tidak mengubah status quo, melainkan mengakui swasta-nisasi hak kepemilikan.

Banyak orang berang­gapan Inggris merupakan negara pertama di dunia yang menggunakan sistem tender dalam melakukan transaksi, sesungguhnya Dinasti Song pada abad ke-11 telah mengembangkannya dengan sangat matang dan sempurna. 

Orang-orang di zaman Song menyebutnya "transaksi per­saingan" (買撲 dibaca: Mai Bu), dipergunakan sangat luas dalam "Hak Lelang Khu­sus", penjualan tanah negara dan pemborong pekerjaan lahan sawah, pemborong pelaksana penerimaan pajak perdagangan, penyediaan keperluan proyek / kantor pemerintah dan lingkup lain­nya, dan telah terbentuk pros­es tender yang sangat matang, tidak hanya sangat ketat dan komprehensif, ditilik dari sudut perdagangan modern juga tidak kalah dengan sistem tender saat ini.

Sekarang banyak rakyat Tiongkok yang mendamba-kan tunjangan kesejahter­aan dari lahir hingga wafat yang diterapkan oleh negara Barat. Padahal Dinasti Song pada 1.000 tahun silam su­dah mendirikan seperangkat sistem bantuan kesejahteraan yang sangat sempurna, objek yang dibantu meliputi manula yang hidup sendiri, orang cacat, pengemis, anak yatim piatu, bayi yang ditinggalkan, penduduk miskin dan lain-lain kelompok masyarakat yang tidak dapat berdikari, tunjangan kesejahteraan me­liputi berbagai aspek dari ke­hidupan rakyat Dinasti Song sesuai dengan "Pemeliharaan setelah dilahirkan, perawatan setelah berusia lanjut, pengo­batan ketika menderita penya­kit dan dikebumikan setelah wafat".

Kaisar Gaozhong Dinasti Song Selatan pada tahun 1138 memerintahkan seluruh negeri melaksanakan Perin­tah Bantuan Kepada Wanita Hamil dan Melahirkan, perin­tah menyebutkan, "Melarang rakyat miskin tidak melahir­kan anak, yang tidak mampu memelihara anak akan diberi bantuan uang pemeliharaan."

Setiap rumah tangga miskin diberi bantuan uang sebesar 4.000 Wen (= Rp. 3,5 juta), peraturan tersebut diban-dingkan dengan Keluarga Berencana di daratan Tiong-kok saat ini terlihat jauh lebih toleransi, penuh den­gan perikemanusiaan, sama sekali tidak nampak apa yang dikatakan terbelakang, gelap otokratis dan lainnya.

Sejarawan Profesor Huang Renyu dari University of Michigan Amerika Seri­kat dalam buku karangannya "Sejarah Besar Tiongkok" memuji Dinasti Song saat itu telah menciptakan bubuk mesiu, menggunakan kompas berlayar, menggunakan jam astronomi, tungku hembusan angin, mesin tenun hidrolik dan dinding kapal kedap air, serta peredaran uang dari ker­tas dan lain-lain, Dinasti Song Tiongkok seakan-akan telah memasuki masyarakat zaman modern.

Profesor Jonathan Spence dari Yale University AS per­nah mengomentari Dinasti Song sebagai berikut, "Abad Tiongkok yang lalu adalah abad ke-11. Pada saat itu, Tiongkok merupakan negara terbesar sekaligus negara paling berhasil di dunia. 

Kedudukannya sebagai pemimpin berasal dari sederetan faktor, mulai dari penemuan teknolo­gi baru hingga kebangkitan industri dan perusahaan, serta manajemen sektor pertanian yang sangat bagus, dari pen­didikan yang sangat umum dan penerapan manajemen administratif yang tradisional hingga tolenransi terhadap agama dan berbagai macam ideologi filosofi. 

Tiongkok 1.000 tahun lalu merupakan negara adidaya dunia, juga merupakan negara yang pa-ling kuat di dunia. Waktu itu, ibukota Dinasti Song adalah Kota Kaifeng yang disebut sekarang, berada di Provinsi He Nan, penduduknya men­capai 1 juta orang, merupakan sebuah kota yang termaju, termakmur dan terbesar didu­nia."

Dibandingkan dahulu dengan sekarang, kita harus mengakui, di tengah berbagai dinasti dalam sejarah, poli­tik Dinasti Song adalah yang paling toleran, karena politik negara "Prasasti 3 Larangan" Dinasti Song tidak hanya menjamin para cendikiawan dan rakyat jelata dapat menikmati kebebasan berbicara yang maksimum, rakyat juga tidak dibebani pajak terlalu banyak, ditambah lagi Dinasti Song lebih memerhatikan apakah lancar dalam komuni­kasi, tidak peduli pejabat atau rakyat biasa, asalkan akan menyampaikan kesalahan pemerintah Dinasti dan pen­deritaan rakyat, semua boleh menyampaikan surat menceritakan ha-hal sebenarnya.

Lingkungan Dinasti Song yang terbuka dan toleran, telah menciptakan negara bis­nis pertama terkuat di dunia. Bukankah ini merupakan se­buah negara kekaisaran bis­nis yang dibangun berdasar­kan kebudayaan tradisional? Kekuatan dan pengaruh kebu­dayaan tradisional serta tercipta jauh lebih awal dan luar biasa hasilnya, telah dibukti­kan dengan kuat oleh Dinasti Song. Salam kebajikan

Komentar