Langsung ke konten utama

HARI VALENTINE ORANG TIONGHOA

Selain bulan tujuh diyakini oleh masyarakat Tionghoa sebagai bulan setan, namun uniknya, pada tanggal 7 bulan 7 penanggalan lunar adalah hari Valentine orang Tionghoa yang sudah diyakini sejak dahulu.
Cerita dari sebuah mitologi zaman dahulu, konon hiduplah seorang gembala sapi. Karena kedua orang tuanya sudah meninggal, maka dia ikut dengan kakaknya yang sudah berkeluarga, namun kakak iparnya sering melakukan tindakan yang tidak adil terhadap dia. Pada suatu saat di musim semi, kakak iparnya menyuruh dia pergi menggembala sapi yang hanya 9 ekor, namun kakak iparnya minta, jika nanti sapi sudah menjadi 10 ekor, barulah dia boleh kembali kerumah. Gembala sapi ini sangat bingung dan menggiring sapi-sapi kearah hutan dan mendapatkan padang rumput, dia membiarkan sapi nya makan rumput sementara dia duduk kebingungan memikirkan bagaimana caranya bisa membuat sapi menjadi 10 ekor. Tiba-tiba datang seorang tua yang berjenggot putih dan panjang. Beliau bertanya pada gembala sapi itu, mengapa bersedih? Maka diceritakanlah kesulitan dia untuk menggenapkan sapi nya menjadi 10 ekor.

Mendengar keluhan gembala sapi tersebut, orang tua itu berkata, “Di gunung Funiu shan ada seekor sapi yang sedang sakit dan tak mampu berjalan, cobalah kamu kesana dan merawatnya, dibawa pulang jadi bisa menggenapkan sapinya menjadi 10 ekor”. Maka berangkatlah sang pengembala sapi itu dan betul dia bisa menemukan sapi yang sedang kesakitan tersebut. Maka dirawatlah sapi tersebut.
Pada hari ke 3, sapi yang sakit itu sudah mulai sembuh dan tiba-tiba berkata pada pengembala sapi itu, “Saya adalah dewa di langit, karena berbuat kesalahan, maka dihukum dan diturunkan ke bumi ini. Penyembuhan sakit saya secara total harus minum air embun yang diambil dari berbagai bunga”. Mendengar itu maka gembala sapi pun berusaha membantunya, dan akhirnya sapi itu sehat seperti semula.
Melihat gembala sapi berhasil menggiring 10 ekor sapi kembali kerumah, kakak iparnya tercengang juga. Namun semua itu tidak bisa merubah sikapnya terhadap pengembala sapi itu. Maka gembala sapi itu memutuskan pisah denga kakaknya dan iparnya, dengan menuntun seekor sapi yang dia dapatkan dari Funiu shan maka gembala sapi itupun pergi hidup menyendiri. Konon putri-putri di khayangan sering turun ke bumi dan mandi di sebuah telaga. Berkat sapi yang dia tolong itu, gembala sapi dapat kenal dengan salah seorang putri khayangan, dan mereka menjalin cinta dan hidup sangat bahagia, bahkan mereka dikarunia 2 orang anak. Gembala sapi kerja disawah, putri khayangan menenun kain, sehingga kehidupan mereka sangat bahagia. Tapi keadaan ini tidak berlangsung lama, karena penguasa khayangan telah mengetahui kejadian ini. Maka putri kahyangan dipaksa kembali ke khayangan. Melihat istrinya dibawa pergi oleh penguasa khayangan, gembala sapi tidak berdaya, karena dia tidak bisa terbang untuk mengejar istrinya. Pada saat itu sapi tua berbicara, “Nanti saya mati, ambilah kulit saya dan buatlah sepatu dari kulitku itu. Kelak engkau dapat terbang ke langit untuk menyusul istrimu”. Gembala sapi itu mengikuti apa yang dipesankan sapi itu, maka setelah sapi mati, dia membuat sepatu dari kulit sapi tersebut, dan membawa 2 orang anaknya menuju khayangan untuk mencari istrinya. Namun hal ini telah diketahui oleh ratu penguasa khayangan , dan diambilnya tusuk konde beliau dan digariskan begitu saja diantara gembala sapi dan putri khayangan. Tiba-tiba muncul sebuah sungai yang menghalangi gembala sapi dan istrinya itu.
Burung murai yang melihat kejadian ini sangat iba, maka dikerahkannya rekan-rekan sejenis, untuk membuat jembatan yang terdiri dari burung-burung yang terbang diatas sungai, dan penguasa khayangan pun bermurah hati, mengizinkan dua sejoli itu untuk bertemu satu tahun satu kali, yaitu pas jatuh pada tanggal 7 bulan 7 penanggalan lunar. Gembala sapi (Niu Lang) dan putri kahyangan (Zhi Nu) demi cinta yang sejati berani menantang penguasa yang sangat kejam, kegigihan ini sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Tionghua, maka tiap tanggal 7 bulan 7 Imlek, mereka memperingatinya, dan dijadikan hari tersebut sebagai hari cinta kasih (Valentine) orang Tionghoa.

Komentar